Kisah Sukses Sudono Salim, Pedagang Kerupuk Naik Tahta Jadi Naga Asia
Nama Lengkap |
Soedono Salim (Nama
asli : Liem Sioe Liong) |
Tempat, Tanggal Lahir |
Fuqing,
Fuzhou, Tiongkok, 16 Juli 1916 |
Masa Kewafatan |
Raffles Medical Raffles Hospital, Singapura,
10 Juni 2012 |
Total Harta Kekayaan |
Mencapai
lebih Rp 74,8 Triliun |
Jenjang Pendidikan |
Putus Sekolah |
Karir Perusahaan |
· Founder
Salim Group · Pendiri
Indofood, Indomobil, Indocement, Indosiar, BCA, Indomaret, Indomarco, PT.
Mega, Bank Windu Kencana, PT. Hanurata, PT. Waringin Kencana, dan PT.
Bogasari Flour Mills. |
Rasanya, masyarakat Indonesia tidak bisa
lepas dari produk-produk buatan Perusahaan Sudono Salim, misalnya makan
Supermie, Indomie, Sarimie, atau minum Susu merk Indomilk, membeli mobil dari
Indomobil, menyimpan uang di Bank BCA, atau membangun rumah dengan semen
bermerk Indocement, membuat roti dari tepung terigu olahan Bogasari (Segitiga
Biru, Kunci Biru, Cakra Kembar), atau menggoreng dengan Minyak Bimoli dan
memakai margarin Simas Palmia.
Ternyata produk-produk yang disebutkan di
atas merupakan sebagian dari beberapa Perusahaan yang pernah dimiliki Liem,
tidak heran Majalah Forbes mendaftarkan namanya sebagai orang terkaya ke-2 atau
ke-3 di Indonesia.
Para pelaku bisnis meyakini, kekayaan
Sudono Salim sebenarnya lebih dari data yang dirilis oleh Majalah Pemeringkat
Orang Terkaya di Dunia. Pasalnya, Perusahaan Sudono Salim tidak hanya jago
kandang di Indonesia, melainkan menyebar hingga ke China, Hongkong, India,
Eropa, Amerika, dan Filipina.
Liem diakui sebagai pebisnis kelas kakap
yang pernah ada di Indonesia, ia mengaku tidak peduli dan cuek dengan
pemeringkatan ala Forbes. Ia lebih tertarik melihat perkembangan bisnis yang
terus berkembang dibandingkan pengakuan Majalah Bisnis Dunia. Fransiscus Welirang, sang menantu Liem pernah
mengatakan, peringkat itu hanya sekedar soal prestise (penghargaan).
Dengan pengalaman bisnisnya selama lebih dari 70 tahun, Liem sampai saat ini diakui sebagai Master Bisnis di Indonesia.
Baca Juga :
- Kisah Sukses Mochtar Riady, Manusia Ajaib di Bidang Marketing Bank
- Kisah Sukses Umar bin Khattab dan Abdurrahman bin Auf, Saudagar Nabi Terkaya Raya
- Kisah Sukses William Suryadjaya, Bapak Pengusaha Indonesia
Fase Perjuangan
Liem dilahirkan di Desa Ngu Na, Hai Kou, China
pada tanggal 16 Juli 1916. Saat berusia 21 tahun, Tiongkok dilanda Peristiwa
Perang Dunia Kedua dan Jepang melakukan penyerbuan membabi buta di mana-mana.
Tentu saja, hal ini membuat Liem sangat ketakutan dan segera bergegas menyusul
kakaknya yang berada di Kudus.
Merasa sangat terpukul, Liem mau tidak mau
harus mengambil keputusan besar ini untuk meninggalkan kampung halaman demi
terhindar dari serangan tentara Jepang. Setelah melakukan perjalanan laut yang
begitu panjang, Liem akhirnya tiba di Surabaya.
Namun, Liem harus tertahan di Pelabuhan
selama 4 hari untuk menunggu kedatangan kakaknya. Setelah kakaknya tiba dari
Kudus, ia segera mengajaknya makan sebanyak-banyaknya dan memboyong adiknya
yang tampak kelelahan itu ke Kudus.
Setibanya di sana, Liem bekerja sebagai
pembuat kerupuk dan tahu. Beberapa tahun kemudian, dia bertemu gadis pujaan
hatinya, Lie Shu Zen. Namun, perjalanan cintanya tidak direstui oleh ayah
pacarnya, dengan beralasan khawatir akan putrinya dibawa ke Tiongkok padahal
keluarganya sendiri sudah 3 generasi menetap di Indonesia.
Liem tidak patah arang, ia berusaha
menggunakan berbagai cara untuk melunakkan hati ayah pacarnya. Lama kelamaan,
ayah si gadis itu luluh juga dan merestui perjodohan putrinya. Akhirnya, Liem pun
menikah dengan pesta pernikahan yang berlangsung meriah, bahkan tidak
tanggung-tanggung diadakan selama 12 hari.
Tidak heran, memang keluarga si wanita ini
berasal dari kalangan orang-orang yang terpandang. Setelah menikah, Liem
memulai berbisnis sendiri.
Waktu itu, Kota Kudus terkenal dengan
banyaknya pabrik-pabrik rokok kretek yang bisa dijumpai, sehingga Liem segera
memasok tembakau dan cengkeh. Di sana, ia bekerja sebagai pemasok atau supplier
dengan cara menyelundupkan bahan baku tersebut dari Maluku, Sumatera, dan
Sulawesi Utara melalui jalur Singapura dengan tujuan akhir ke Kudus. Tak lama
kemudian, ia terkenal menjadi pedagang cengkeh yang sukses.
Tak hanya berbisnis di cengkeh saja, ia
juga membeli hasil tekstil dari Pabrikan Shanghai dan menjualnya kembali ke
Indonesia walhasil mendapat keuntungan yang besar. Liem dapat mengantongi uang
yang banyak saat usianya terbilang muda.
Pada awal Tahun 1940, bisnis Liem mulai
menghasilkan keuntungan yang lumayan besar, sayangnya waktu itu para tentara Jepang
sudah menyerbu kota-kota strategis seperti Kudus, Makassar dan lain-lain.
Peristiwa itu menjadikan usaha yang
dirintis Liem hancur seketika dan hampir nyaris saja mengalami kecelakaan maut yaitu
mobil yang ditumpanginya masuk ke jurang, seluruh penumpang sudah naas tak
bernyawa kecuali Liem mengalami luka yang sangat parah. Namun, untungnya Tuhan memberikan kesempatan
hidup kepadanya. Setelah 2 hari kemudian, dia siuman dari koma dan luka akibat
kecelakaan maut segera membaik.
Efek Soeharto
Setelah usahanya hancur dan tabrakan mobil
yang hampir menewaskan dirinya, Liem bangkit lagi untuk memulai kehidupannya. Kini,
ia semakin bersemangat dan bergegas merantau ke Jakarta untuk membesarkan
bisnisnya demi mewujudkan impian besarnya.
Selain itu, mitra bisnisnya, Letkol
Soeharto, memintanya langsung pindah ke Jakarta namun waktu itu, Soeharto masih
belum menjadi presiden. Cerita kedekatan Soeharto dan Liem sebenarnya sudah
berlangsung lama.
Pasca era kemerdekaan, Bob Hasan, Liem, dan
Soeharto bersepakat membuat kongsi dagang dan pada waktu itu, Letkol Soeharto
masih menjabat sebagai Pangdam Diponegoro. Dengan menggunakan jabatan
strategisnya, ia mampu memainkan bisnisnya sambil menggandeng rekannya, Liem,
pemasok makanan dan kebutuhan pokok tentara di Jawa Tengah.
Kedua orang itu setuju untuk berbisnis gula
dan kapuk. Sebenarnya, niat Soeharto sendiri bukanlah untuk mencari keuntungan
pribadi, tetapi untuk membantu keuangan anak buahnya, sedangkan niat Liem sendiri
adalah untuk keamanan bisnisnya, waktu itu tentara memegang peranan penting
dalam keamanan bisnisnya.
Lambat-laun, kabar Soeharto melakukan
penyelundupan dengan fasilitas institusi terdengar sampai ke telinga A.H. Nasution yang
sedang menjabat Kepala Satuan Angkatan Darat (KSAD), sehingga
membuatnya dipecat secara tidak hormat oleh Nasution.
Sebetulnya, A.H. Nasution berniat
menghabisi karir Soeharto di Militer dan bisa menyeretnya ke sidang pengadilan Mahkamah Militer, namun berkat jasa Gatot Subroto, rencana Nasution kandas di
tengah jalan.
Sejak saat itulah, Soeharto menyimpan
dendam kepada A.H. Nasution, dan kemudian hari, Nasution masuk dalam target
pembunuhan Pemberontakan G30S PKI. Setelah berhasil melakukan kudeta merangkak,
Soekarno akhirnya lengser dari tampuk kekuasaannya dan digantikan oleh Soeharto
yang menjadi Presiden RI ke-2.
Dengan kekuasaan rekannya yang tanpa batas
itu, Liem mendapat angin segar untuk bisnisnya dan tidak perlu khawatir lagi akan
kehabisan uang dalam membangun pabrik atau menghadapi birokrasi perijinan yang
rumit lagi terbelit-belit.
Walaupun banyak sekali orang-orang yang terdekat di lingkaran Soeharto, namun tidak ada yang bisa menyaingi kesuksesan besar seperti Sudono Salim. Liem sadar, tidak ingin bisnisnya hanya bergerak di sektor perdagangan saja.
Baca Juga :
- Kisah Sukses Mochtar Riady, Manusia Ajaib di Bidang Marketing Bank
- Kisah Sukses Umar bin Khattab dan Abdurrahman bin Auf, Saudagar Nabi Terkaya Raya
- Kisah Sukses William Suryadjaya, Bapak Pengusaha Indonesia
Waktu itu, ia memiliki 2 bank, yaitu Bank
Windu Kencana dan Bank Central Asia yang masih tergolong bank yang biasa-biasa
saja. Namun berkat kerja sama Liem dengan Mochtar, mereka berdua berhasil
membesarkan Bank BCA hingga terkenal sampai sekarang.
Pada awalnya, Mochtar Riady mulai merasa
bosan bekerja di Panin Bank, apalagi diperparah dengan adanya konflik antar
pemilik yang kerap terjadi. Akhirnya, dia memutuskan untuk pindah ke BCA karena
menurutnya, prospek BCA sebenarnya jauh lebih besar daripada Panin Bank.
Melihat rekannya, Liem dapat memonopoli
industri tembakau, Mochtar Riady segera menggunakan kesempatan itu untuk
menarik para perusahaan rokok ke BCA. Selain itu, ternyata Liem dapat
memonopoli Industri Tepung Terigu yang tentunya, keunggulan ini dapat menarik
para nasabah dalam jumlah yang sangat banyak.
Mochtar Riady melihat, bahwa BCA dalam
waktu 3 tahun bisa menyalip Panin Bank. Tanpa pikir panjang, Mochtar Riady
segera mengutarakan mengenai peluang BCA ke depannya dalam sebuah perjalanan
udara ke Hongkong. Tanpa ragu, Liem segera merestui Mochtar Riady untuk
memimpin BCA.
Pada Bulan Mei 1969, Liem mendirikan PT.
Bogasari dan mendapat fasilitas dari Soeharto dengan memonopoli lebih dari 80 %
pasar tepung terigu di Indonesia. Perusahaan yang didirikannya itu juga
memiliki pelabuhan dan kapal raksasa sendiri-sendiri.
Secara garis besar, Bisnis Liem meliputi 7
sektor dengan Holding Company-nya, PT Salim Economic Development Corporation yang
terdiri dari :
1. Divisi Perdagangan,
2. Divisi Industri,
3. Divisi Bank dan Asuransi,
4. Divisi Pengembangan yang bergerak di bidang
hasil hutan dan konsesi hutan,
5. Divisi Properti yang bergerak di bidang Real
Estate, perhotelan, dan pemborong,
6. Divisi Perdagangan Eceran, dan
7. Divisi Joint Venture.
Berikut ini, perjalanan bisnis Liem dalam
rekam jejak yang singkat :
- Tahun 1950 (umur 32), ke Jakarta
- Tahun 1957 (umur 38), mempunyai Bank Central Asia
- Tahun 1962 (umur 44), mendirikan pabrik tekstil, sepeda, paku, baju, tambang timah, sabun
- Tahun 1968 (umur 50), membangun pabrik terigu (Bogasari), Keuangan dan Perdagangan (Waringin), Real Estate (Pondok Indah, Pakuwon), Mobil (Indomobil)
- Tahun 1973 (umur 55), membangun PT. Indocement
Anak-Anak Perusahaan Indofood
1. PT. Indofood Fritolay Makmur (bekerja sama
dengan PepsiCo)
2. PT. Nestle Indofood Citarasa Indonesia
(bekerja sama dengan Nestle)
3. PT Indolakto
4. PT. PepsiCola Indobeverages (bekerja sama
dengan Pepsico)
5. PT. Sari Incofood Corporation (bekerja sama
dengan Incofood Corporation)
6. PT. Quaker Indonesia (bekerja sama
dengan Quaker Oats Company)
7. PT. Surya Rengo Container
8. PT. Indomarco Adi Prima
Merek-Merek Produk Indofood
1. Mie : Indomie, Pop Mie, Sarimi, Supermie,
Pop Bihun, Mie Telur 3 Ayam, La Fonte, Sakura
2. Margarin : Malinda, Amanda, Palmia,
Simas
3. Bumbu : Bumbu Racik Indofood, Sambal
Indofood, Kecap Indofood, Maggi, Bumbu Instan Indofood, Kecap Piring Lombok
4. Tepung Terigu : Kunci Biru, Segitiga
Biru, Cakra Kembar
5. Minyak Goreng : Happy, Bimoli, Mahakam,
Delima
6. Makanan bernutrisi : Sun, Prominai
7. Snack : Qtela, Cheetos, Jetz, Chiki,
Chitato
8. Susu dan Kremer : Crima, Nice Yogurt,
Indomilk, Enak, 3 Sapi, Orchid Butter, Indo Es Krim
Saking besarnya lingkaran Soeharto beserta
Bob Hasan dan Liem, Majalah Forbes edisi Tahun 1997 menempatkan ketiga orang
tersebut sebagai jajaran orang terkaya di Indonesia dan Dunia.
Michael Backman, seorang peneliti bisnis
yang fokus pada perusahaan di Asia, tercengang dengan data yang ia dapatkan, sekitar
lebih dari 1.247 jumlah perusahaan di bawah genggaman Keluarga Cendana dan
bisnisnya tersebar pada 20 orang konglomerat terkemuka di Indonesia. Kabar itu
dicantumkan pada tulisannya di Harian The Asian Wall Street Journal, edisi 26
Mei 1998.
Apalagi, itu juga belum terhitung dari perusahaan-perusahaan
yang didirikan Sudwikatmono bersama Sigit dan Indra Rukmana (suami Siti
Hardijanti), dan belum perusahaan yang ada di luar negeri yang tak terhitung
banyaknya.
Pasca Lengser Soeharto
Pada Tahun 1998, bisnis raksasa Liem
terkena hantaman krisis moneter dan hutangnya menumpuk tinggi. Rekannya,
Soeharto terpaksa berat hati harus lengser dari kursi kepresidenan di negeri
ini. Menanggung risiko yang berat itu, Liem harus menjual saham perusahaannya,
dari BCA, Bogasari, Indomobil, dan lain-lain demi melunasi hutangnya.
Tidak kurang dari 108 perusahaan diserahkan
kepada pemerintah untuk membayar utangnya yang berjumlah Rp 52,7 Triliun. Beberapa
tahun kemudian, dalam waktu yang tidak lama, bisnisnya kembali pulih dan si
taipan raksasa tersebut memilih tinggal di Singapura.
Sejak penjarahan dan pembakaran rumah Liem,
ia menetap di Singapura dan terkadang mampir ke Indonesia, untuk menemui
Soeharto dan para koleganya. Di usia senjanya, ia menyerahkan estafet bisnisnya
kepada Anthony Salim dan menunjuknya menjadi CEO PT. Indofood.
Sedikit info, ternyata anaknya sendiri,
Anthony Salim memiliki pulau pribadi di Kepulauan Seribu, di sanalah ia beserta
teman-temannya melancong liburan, sedangkan Liem saat menikmati usia senjanya cukup
menerima laporan perkembangan bisnisnya lewat Bendera First Pacific Company
Limited.
Bisnis Group yang telah didirikannya sudah
merambah ke penjuru dunia, terutama, China, Hongkong, India, Filiphina, Thailand,
Eropa, hingga Amerika.
Lewat First Pacific Company, Group Salim berani menggelontorkan dana investasi sebesar 10 Miliar USD untuk membangun Kawasan Industri di Provinsi West Bengal, India. Group Salim ingin melakukan terobosan, yang menjadikan Bengal bisa lebih menguntungkan dibandingkan perusahaannya di Batam. Selain itu, kehadirannya bisnisnya di sana berkat adanya hubungan baik dengan Pemimpin Partai Komunis India, Buddhadev Bhattacharya.
Baca Juga :
- Kisah Sukses Mochtar Riady, Manusia Ajaib di Bidang Marketing Bank
- Kisah Sukses Umar bin Khattab dan Abdurrahman bin Auf, Saudagar Nabi Terkaya Raya
- Kisah Sukses William Suryadjaya, Bapak Pengusaha Indonesia
Di Indonesia, PT. Indofood Sukses Makmur
pada Tahun 2006 sudah berhasil menyenggol angka mencapai Rp 10,1 Triliun, bahkan
laba bisnisnya di Filipina bisa 2 kali lipat lebih daripada di Indonesia
sendiri.
Pada Bulan September 2007, Keluarga Liem
berhasil mengakuisisi Perusahaan Minyak Sawit London Sumatera Plantations
senilai Rp 8,4 Triliun, Anthony Salim juga membangun pabrik gula di Ogan
Komering Ulu, Sumatera Selatan menghabiskan dana lebih dari Rp 2 Triliun.
Franciscus Welirang, menantu Liem mengaku,
pihaknya baru berjalan dengan menggunakan 2 gigi. Tidak ada yang berani membayangkan, seandainya keluarga besar Liem kalau sudah memakai 4 gigi atau bisa
saja lebih daripada itu saat mendorong kemajuan group bisnisnya.
Liem nampaknya bertipikal pengusaha
petualang, ia tidak henti-hentinya mendirikan bisnis baru. Namun waktu terus
berlalu, ia sudah menua dan kondisi fisiknya semakin melemah. Menginjak usia 90
tahun, Liem pernah mengundang sekitar lebih 2.500 kolega bisnisnya ke Singapura
untuk merayakan pesta ulang tahunnya dan diperkirakan menghabiskan uang hingga
Rp 20 Miliar.
Menyaksikan nuansa acara yang meriah itu,
terkadang dia sangat kesulitan untuk mengingat nama teman-temannya. Walaupun sudah
renta, dia tahu persis bagaimana menjaga hubungan baik satu sama lain agar
terus terjaga. Dengan keluwesan bergaulnya itulah, nasib Liem yang berawal dari
pedagang kerupuk bisa naik tahta menjadi Naga Asia.
Semoga artikel di atas bisa membantu kamu
terkait informasi yang sedang kamu cari, dan dapat menambah wawasan pengetahuan
yang memenuhi asupanmu. Jika ada pertanyaan, silahkan ditulis pada kolom
komentar di bawah ini.