Kisah Sukses William Soeryadjaya, Bapak Entrepreneur Indonesia Yang Pernah Ketinggalan 2 Kali Kelas
Nama Lengkap |
William
Soeryadjaya (Nama asli : Tjia Kian Liong) |
Tempat, Tanggal Lahir |
Majalengka,
20 Desember 1922 |
Masa Kewafatan |
Jakarta, 2 April 2010 |
Total Harta Kekayaan |
Rp
6,7 Triliun |
Jenjang Pendidikan |
Hollands Chinesche Zendingsschool (Sekolah Kolonial Belanda Setingkat SD), MULO (Sekolah Kolonial Belanda Setingkat SMP) |
Karir Perusahaan |
· Pendiri PT. Astra International Tbk. · Pemegang
Saham Mayoritas Perusahaan Gaya Motors · Pemilik
Astra Group · Pemilik
Karabha Group, Malabar Group, Sidita Group, Siratara Group, Watek Group,
Suryaraya Group, Nityasa Group, dan Arya Group |
Dengan lambang bola dunia, harapan yang
terlalu tinggi pada waktu itu, karena Astra hanya memiliki 4 orang karyawan
dengan sebuah kantor sempit yang kebanjiran pada waktu hujan.
Mencetak Para Konglomerat Baru
Nama Astra diambil dari mitologi Yunani,
yang artinya Dewi Terakhir yang terbang ke langit dan menjadi bintang terang. Kata
Internasional pada nama Astra merupakan mimpi dari William untuk menjadikan
perusahaannya sebagai perusahaan kelas dunia.
Pendiri Astra William Soeryadjaya yang
biasa disapa Oom Wiliam, bisa dibilang sebagai Bapak Entrepreneur Indonesia. Melalui
dirinya, banyak lahir pengusaha-pengusaha papan atas bahkan tak sedikit yang
masuk daftar Nominasi Majalah Forbes sebagai orang terkaya di dunia.
Para pengusaha-pengusaha yang ia lahirkan
bukan hanya dari orang-orang di luar lingkaran Grup Astra, namun banyak juga
yang lahir dari para mantan anak buahnya yang sukses berbisnis setelah pensiun.
Dalam Buku Man of Honor Kehidupan,
Semangat, dan Kearifan William Soeryadjaya disebutkan banyak tokoh profesional
Astra pada generasi pertama tahun 1960-an dan generasi kedua era tahun 1970-an
yang menjadi pengusaha sukses setelah keluar dari Astra.
Benny Subianto salah satunya, karir selama
bekerja di Astra telah berhasil membawanya menjadi 14 orang terkaya di
Indonesia versi Forbes 2011. Kekayaan Benny mencapai $ 1,05 miliar atau sekitar
Rp 9 Triliun, dengan posisi jadi orang terkaya ke-1.140 di dunia.
Karir Benny di Astra dimulai dari United
Tractors hingga diangkat menjadi direktur utama, ia juga pernah bekerja di PT. Astra
International Tbk. Kiprah bisnisnya dimulai ketika ia pensiun dari Astra, ia
bersama Garibaldi Tohir, Edwin Soeryadjaya, dan Sandiaga Uno mendirikan PT.
Adaro Energy Tbk di bidang batubara, Benny juga Pendiri dan Presiden Direktur
PT. Persada Capital Investama.
"Wah kalau dia sih orang Madura terkaya
sedunia," ujar William bercanda saat Benny masih menjadi karyawan di Astra
dikutip dari Buku Man of Honor.
Ternyata banyolan Oom William, menjadi
kenyataan setelah 30 tahun kemudian sehingga tentunya kejadian itu memunculkan anggapan
bahwa William bukan hanya piawai dalam berbisnis namun juga pandai meramalkan
nasib orang lain.
Hal yang sama pun terjadi dengan Teddy P.
Rachmat. Senior Benny sendiri di Perusahaan Astra ini sempat dinobatkan sebagai
orang terkaya ke-11 di Indonesia versi Forbes 2011. Teddy memiliki kekayaan
hingga $ 1,3 miliar.
Setelah pensiun dari Astra, Teddy langsung mendirikan
Grup Triputra menjalankan bisnis batubara, sektor agro industri, manufaktur, dan
Dealership Motor.
Lain halnya dengan Edwin Soeryadjaya, putra
Oom William ini juga seorang yang juga masuk daftar orang terkaya versi Forbes.
Dia sendiri mempunyai kekayaan $ 1,6 Miliar dan menduduki peringkat orang terkaya
ke-6 di Indonesia versi Majalah Forbes 2011.
Dalam buku itu juga, disebutkan masih ada
nama-nama mantan anak buah Oom William yang sukses menjadi pengusaha,
antara lain Teddy Tohir, Subagio Wirjoatmodjo, Hagianto Kumala, Budi
Setiadharma, Tigran, Budi S. Pranoto, Danny Walla, Tossin Himawan, Rahadi
Santoso, dan Charlo Mamora.
"Beliau memiliki sifat kebapakan dan mengayomi, serta membantu karyawannya untuk sukses," kata Benny Subianto.
Baca Juga :
- Kisah Sukses Bill Gates, Maniak Komputer Jadi Bos Microsoft di Dunia
- Kisah Sukses Sudono Salim, Kolega Soeharto yang Menduduki Jajaran Naga Asia
- Kisah Sukses Mochtar Riady, Pendiri Lippo yang Tak Pernah Kehabisan Ide
- Kisah Sukses Li Ka Shing, Sang Taipan Asal Hongkong Paling Kaya se-Asia Timur
Awal Keakraban Oom William dan Mantan Wapres Jusuf Kalla
Pada Tahun 1969, Perusahaan Toyota Jepang
telah menandatangani perjanjian dengan William yang ditunjuk sebagai penjual
tunggal di Indonesia. Hal ini mengagetkan Jusuf Kalla, karena sejak tahun 1967,
dirinya sudah mengimpor Mobil Toyota dari Jepang terlebih dahulu.
Awal persahabatan Jusuf Kalla dan Oom
William mulai terjalin, dia lantas mendatangi Oom William di Jakarta dan
mengatakan, "Oom William, saya ingin jualan mobil Toyota,"
"Oh silahkan, mulai besok kamu jadi Agen
Toyota," ujar Oom William. Waktu itu, Jusuf Kalla malah bingung sebab ia
langsung saja dikasih restu tanpa ditanyai mengenai bisnisnya selama ini apa
saja dan hal-hal lainnya.
Sejak pertemuan pertama itu, Jusuf Kalla
melalui NV. Hadji Kalla mendapat hak untuk memegang penjualan Toyota di
Indonesia Timur hingga sekarang. Kini, Jusuf Kalla mempunyai rumah di daerah Menteng,
Jakarta Pusat berdekatan dengan rumah William yang tinggal di Jalan Teuku Umar.
Pada suatu hari, rumah William ini terpaksa
harus dijual karena proyek perumahan di Kuningan gagal dan harus menanggung
rugi. Kemudian Jusuf Kalla segera menanyakan, alasan kenapa rumahnya harus
dijual. William mengatakan bahwa dirinya lebih memilih kehilangan harta pribadi
dibandingkan kehormatannya.
"Suf, rumah itu bisa dibeli, tetapi kehormatan tidak bisa dibeli," ujarnya.
Pada suatu kesempatan, Jusuf Kalla diajak
makan di Restoran Seafood "Nyuk Nyan" dan setelah makan selesai,
William meminta pelayan membungkus sisa udang-udang besar untuk dibagi dua,
yang satu bungkus dikasih TP. Rachmat, yang satu diberikan ke Soebagjo
Wirjoatmodjo.
Sejak saat itu, Jusuf Kalla selalu berpesan
kepada istrinya untuk membungkus makanan sisa untuk dibagikan kepada orang
lain.
Jika bertemu, William jarang membahas soal
teknis-teknis bisnis namun ia lebih suka membicarakan tentang rasa kemanusiaan
dan falsafah hidup. Menurutnya, hal ini lebih penting bagi keduanya, sedangkan
urusan teknis bisnis sudah ada yang mengatur, yakni para kepala eksekutif mereka
di kantor.
Kedekatan hubungan keduanya membuat William
kerap main ke rumah Jusuf Kalla di Sulawesi Selatan. Oom William pernah mengajak
Jusuf Kalla untuk berkongsi dalam bisnis singkong namun sayangnya Jusuf Kalla
menolaknya dengan mentah-mentah sambil mengatakan, “Orang Sulawesi tidak makan
singkong, tapi makannya Toyota.”
Akhirnya penolakan kongsi bisnis itu
melahirkan penyesalan beberapa tahun kemudian, ternyata bisnis singkong yang
kemudian membesar tersebut sekarang bernilai triliunan rupiah lebih.
Perusahaan yang melambungkan namanya adalah
PT. Astra Internasional Inc. Sebetulnya Perusahaan Astra sendiri terdiri dari
beberapa perusahaan dari bidang otomotif, layanan keuangan, alat-alat berat,
tambang dan energi, agri bisnis, informasi teknologi, infrastruktur, serta
distributor.
Di pandangan publik, Astra lebih dikenal
sebagai perakit dan pemasar merek mobil dan sepeda motor terkemuka, seperti Toyota,
Daihatsu, Isuzu, Nissan Diesel, dan Peugeot, serta sepeda motor Honda., bahkan
ada sebuah sumber yang menyebutkan, total perusahaan yang pernah dimiliki William
adalah kurang lebih sekitar 413 perusahaan.
Masa-Masa Kesulitan Dalam Berbisnis
Di Indonesia, William Soeryadjaya dikenal
sebagai konglomerat sangat sukses yang memulai bisnisnya dari bawah dan merupakan
anak kedua dari 6 bersaudara.
Saat masih SD, William pernah tidak naik
kelas dan setelah kelulusannya, ia melanjutkan ke SLTP (setara dengan SMP) dan
tidak naik kelas lagi. Meski prestasi sekolahnya kurang memuaskan, diam-diam
William menyukai mata pelajaran Ekonomi dan Tata Buku (Akuntansi).
William Soeryadjaya lahir di Majalengka,
Jawa Barat, 20 Desember 1922. Saat usianya baru 12 tahun, dia sudah menjadi
yatim piatu dan mendapat tugas untuk meneruskan usaha ayahnya yang berjualan
hasil bumi.
Dan pada usia 19 tahun, ia putus sekolah
dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, William memilih berdagang.
Saat itu, daerah Cirebon mengalami
kekurangan pasokan kertas bekas. Hal itu membuat William mencari-cari informasi
di mana ia bisa mendapatkan kertas bekas tersebut. Setelah tahu, ia pun segera
berangkat ke Bandung dan membawa pulang kertas bekas tersebut dengan truk sampai
Cirebon.
Hal itu telah menjadi perjuangan yang
melelahkan namun membahagiakan. Hasil keuntungan dari penjualan kertas diputar kembali
untuk berdagang dan dia segera mencari peluang lain lagi, kini ia memilih
menjadi pemasok benang tenun di Pabrik Tekstil Majalaya.
William adalah tipikal pengusaha yang terus
mencari peluang-peluang baru, ini terbukti dari rekam jejak bisnisnya. Setelah
mendapatkan cukup uang sebagai pemasok benang, ia lalu beralih menjual minyak
kacang, beras, dan gula.
Menyadari perkembangan bisnisnya yang tidak
terlalu cepat, ia memutuskan hijrah ke Kota Bandung karena dia melihat potensi Pusat Ibu Kota Provinsi Jawa Barat ini lebih besar dibandingkan dengan
Majalengka itu sendiri.
Siklus perputaran uangnya di Bandung lebih
cepat dan lebih besar apalagi ia dapat menemukan wanita pujaannya yang kelak
akan diperistri bernama Lily Anwar, seorang gadis keturunan Tionghoa yang
sangat cantik, lincah, serta banyak disukai para pria.
Lily sendiri merupakan anggota Chinnese Red
Cross yang diketuai langsung oleh Om Dolar, ayah mertua dari Rudi Hartono (Juara
Bulu Tangkis Internasional). Setelah saling mengenal, keduanya menikah saat
mereka berdua menginjak usia William 24 tahun sedangkan Lily 23 tahun.
Prosesi pernikahan William berlangsung
sangat mudah dan sederhana. Kedua mempelai itu naik becak dengan mengenakan
baju biasa tanpa dimeriahkan pesta, tamu, apalagi tukang potret satu pun.
Melalui pernikahan yang sederhana inilah, mereka berdua dikaruniai 4 orang anak
di antaranya ialah 2 putra dan 2 putri yang kelak akan menjadi pengusaha besar
penerusnya.
Biasanya setiap kedua pengantin pasti
bersenang-senang (bulan madu) dahulu, namun William memutuskan untuk pergi
keluar negeri demi urusan berbisnis. Mereka berdua hanya menikmati malam
pengantin mereka selama 2 minggu dan selepas itu, dia harus berlayar ke Belanda
untuk belajar cara penyamakan kulit hingga akhirnya istrinya turut menyusulnya.
Saat dikaruniai anak pertama, mereka merasa
sangat bahagia walaupun dia bisa makan dengan sepiring berdua. Pasangan suami
istri ini selalu hidup bersahaja dengan menjajakan kacang dan rokok hasil paket
kiriman dari Bandung dan sama-sama senantiasa hidup berhemat.
Sepulangnya dari Belanda, dia akhirnya
sudah menguasai ilmu penyamakan kulit dan segera membuat pabrik kulit. William
sangat cerdas dalam melihat peluang waktu itu, dikarenakan usaha produksi kulit
masih belum banyak seperti sekarang walhasil pabrik yang didirikannya mulai
berkembang pesat dan menghasilkan laba yang cukup besar.
Setelah itu, Om William menyerahkan kepada
teman kepercayaannya untuk mengurus pabrik kulitnya itu dan dia segera mencari
lahan bisnis baru. Selanjutnya, dia
mendirikan CV. Sanggabuana yang bergerak di sektor perdagangan dan ekspor-impor
namun sayangnya dia ditipu oleh rekan bisnisnya sendiri dan mengalami kerugian
yang besar.
Asal Mula Pendirian Perusahaan Astra
Pada usia 35 tahun (1957), William bersama
adik begitu juga salah seorang temannya mendirikan Perusahaan Astra namun hanya
menggarapi distribusi minuman ringan Merk Prem Club, selanjutnya dengan
mengekspor hasil bumi, termasuk minyak serai dan kemudian baru ke komoditi
alat-alat berat, alat tulis kantor, dan perkayuan.
Berselang 10 tahun kemudian, tepatnya pada
Tahun 1967, William mulai dikenal dan mendapatkan kesempatan untuk mendatangkan
truk-truk skala besar sebagai salah satu bentuk proyek pemerintah Orde Baru.
Akhirnya, dia berhasil mendatangkan 800 truk Merk Chevrolet dari Perusahaan
General Motor, sebuah Perusahaan Raksasa Amerika Serikat.
Dalam waktu singkat, keuntungan besar
banyak mengucur ke kantong pribadi William bahkan saking besarnya, uang itu
segera cepat-cepat diputar lagi ke sektor-sektor bisnis yang lain.
Tak berapa lama kemudian, Perusahaan Astra
segera terjun ke bidang perakitan alat-alat berat yang bekerja sama dengan
Perusahaan Komatsu, Mobil Toyota, dan Daihatsu, Motor Honda, serta Mesin Kopi
Xerox. Tidak heran, dia dianggap pelopor otomotif di Indonesia.
2 tahun kemudian tepatnya pada Tahun 1969,
dia langsung membeli saham mayoritas 60 % saham Perusahaan Gaya Motors dan pada
Tahun 1977 (tepat pada usianya 55 tahun), dia segera memproduksi Mobil Toyota
Kijang dan dapat membuahkan hasil dengan pencapaian perjualan Kijang hingga 200
unit per bulan.
Setelah berpuluh-puluh tahun kemudian
hingga saat ini, Mobil Kijang Innova dapat berproduksi di atas 3.000 unit per
bulan yang melayani Pasar Domestik maupun Ekspor. Selain itu, dikabarkan Oom
William punya lahan tanah yang luas berada di lokasi-lokasi strategis terutama
yang ada di Jakarta Selatan.
Pada usianya menginjak 62 tahun tepat pada
tahun 1984, ia menjualkan sebidang tanah tersebut dengan harga miring, kemudian
berdirilah sebuah Perguruan Tinggi yang bekerja sama dengan PT. Astra
International yang bernama Institut Manajemen Prasetya Mulya (kini berubah
menjadi Universitas Prasetya Mulya).
Tempat itulah yang telah menjadi kampus
orang-orang elite yang selalu mencetak dan melahirkan para manajer profesioal
dari Perusahaan-Perusahaan Nasional dan dia sendiri pernah menduduki sebagai
Wakil Ketua Dewan Pembina Kampus tersebut.
Di tahun yang sama pula, ia menjajal terjun
ke sektor agrobisnis dan berhasil membeli Summa Handelsbank AG, Deulsdorf,
Jerman. Pada tahun setelahnya, ia mulai mengekspor busi dan mesin Mobil Toyota.
Selang beberapa tahun kemudian, Perusahaan Astra miliknya akhirnya dapat
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tahun 1990.
Sikap Pantang Menyerah Walau Cobaan Berat Datang Berganti
Pada tahun 1992, William harus menelan pil
pahit karena Perusahaan Astra kesayangannya harus dijual. Hal ini terjadi
karena Bank Summa yang dipegang oleh Edward, putra pertamanya mengalami kebangkrutan.
Edward yang dikenal loyal kepada temannya, membuatnya
sangat mudah memberikan kredit hingga mengakibatkan para temannya tidak mampu
membayar dan terjadilah kredit macet, dan akhirnya timbullah hutang Bank Summa
mencapai triliunan rupiah.
William rela menjadi tameng bagi anaknya
agar tidak dipenjara dengan menjadikan dirinya sebagai jaminan garansi dengan merelakan
100 juta lembar sahamnya harus dijual sebagai penebus utang yang sangat besar
itu.
Masa-masa berat yang dialami bagi Keluarga
William justru malah dimanfaatkan rekan-rekan dan teman sejawatnya itu. Mereka
berusaha mengambil alih besar-besaran terhadap kepemilikan Perusahaan Astra
International ibarat seorang wanita bidadari yang berusaha direbut oleh banyak
para arjuna, walaupun dia milik temannya sendiri.
Meskipun sudah kehilangan Perusahaan Astra
kesayangannya, namun Oom William masih memiliki ratusan perusahaan lainnya di
antara lain Karabha Group, Malabar Group, Sidita Group, Siratara Group, Watek
Group, Suryaraya Group, Nityasa Group, dan Arya Group yang masih menghasilkan
laba keuntungan bagi Keluarga William tersebut. Selepas itu, Perusahaan William
hanya tersisa sekitar 322 buah yang sebelumnya sempat memiliki 413 buah.
Dia merupakan tipe pebisnis yang selalu
menjaga nama baik dan mengedepankan kepercayaan yang harus paling utama dalam
segala hal. Pasca hengkangnya PT. Astra International, banyak kolega dan
teman-temannya mulai menjauhinya namun relasi-relasi berasal dari Luar Negeri tetap
menaruh hormat dengan sikap yang diambil Oom William tersebut.
Justru kekayaan bisnis Keluarga William masih
tinggi dan berhasil menyundul sekitar Rp 6,7 Triliun menurut hasil sebuah
penelitian dari Pusat Data Bisnis Indonesia. Dia sendiri pernah mengatakan bahwa,
“Kejatuhan bisnis tidak membuat semangatnya mengendur.”
Tepat pada Tahun 2000, Oom William berhasil
menjadi pemegang saham mayoritas PT. Van Der Horst Indonesia (VDHI) dan menggeser
posisi Bambang Trihatmodjo dan Johannes Kotjo dari jabatan perusahaan tersebut
sekaligus dia juga berperan mengubah nama perusahaan tersebut menjadi PT. Siwani
Makmur.
Berbuat Baik Kepada Siapa Saja Tanpa Pandang Bulu
William Soeryadjaya dikenal orang yang berjiwa
murah hati dan dermawan. Para karyawan banyak memberikan kesaksian kalau salah
satu di antara mereka ditemui dan disapa olehnya pasti pernah mendapatkan uang dadakan.
Dia juga pernah bersikap ramah, menyapa terlebih dahulu dan memberikan uang dadakan
kepada kapten pesawat dan jajaran pramugari.
Ia juga terkenal sebagai sokoguru para
konglomerat. Pada suatu hari, ada seorang konglomerat Indonesia yang menjadi
Raja Media dan Percetakan, Jakoeb Oetama pernah menceritakan bahwa ilmu quality
control perusahaannya banyak diajarkan dari Oom William sendiri.
Pada saat itu juga, William segera
memerintahkan beberapa karyawan terbaiknya untuk mengajari Jakoeb mengenai
manajemen Perusahaan. Ia juga pernah bercerita, kalau Oom William ini sangat
mudah ditemui oleh siapapun meskipun dia sudah sukses dan menjabat sebagai
Presdir Perusahaan miliknya.
Dia pun juga tidak sungkan-sungkan bergaul
akrab dan terbuka kepada siapa saja yang ia temui, termasuk jajaran Manager, Office
Boy, karyawan, bahkan pedagang kaki lima yang ada di depan kantornya sekalipun.
Oom William adalah seorang penganut Kristiani.
Namun di Astra, setiap hari Jum'at yang orang-orang Muslim diperbolehkan mendirikan
Shalat Jumat dan penganut Kristen atau Katolik dapat mengadakan persekutuan
doa. Bahkan saat Lebaran Idul Fitri, dia sering menyalami semua karyawannya
dari lantai 1 hingga lantai 4.
Serahkan Kepada Ahlinya
Dalam menjalankan roda bisnisnya, William
menyerahkan kepada orang-orang professional. Ia sangat suka mendirikan
perusahaan dan menyerahkan kepengurusannya kepada para professional. Menurut
William, hal ini akan lebih memudahkan beban kerjanya dan membuat dia lebih leluasa
berpikir tanpa harus dibebani pikiran yang banyak.
Dalam waktu yang sangat singkat, William
mempunyai lebih dari 400 perusahaan dan tentunya hal itu sebuah pencapaian luar
biasa. William Soeryadjaya meninggal saat menginjak usia 88 tahun tepat pada
tanggal 2 April 2010 Pukul 22.43 WIB. Banyak golongan orang di antara yang
melayat dan menghadiri proses pemakamannya seperti para rekannya yang sama-sama
konglomerat sampai tukang sapu jalanan.
Baca Juga :
- Kisah Sukses Bill Gates, Maniak Komputer Jadi Bos Microsoft di Dunia
- Kisah Sukses Sudono Salim, Kolega Soeharto yang Menduduki Jajaran Naga Asia
- Kisah Sukses Mochtar Riady, Pendiri Lippo yang Tak Pernah Kehabisan Ide
- Kisah Sukses Li Ka Shing, Sang Taipan Asal Hongkong Paling Kaya se-Asia Timur
Tips Berbisnis William Suryadjaya
- Bermimpi Besar : William dikenal sebagai juragan yang punya banyak kemauan, ide-ide yang sangat banyak dan semangatnya tinggi. Ia rela meninggalkan kampung halamannya di Majalengka dan hijrah ke Bandung demi mewujudkan impiannya.
- Masuk pada Bisnis yang Tepat : Tidak semua bisnis menghasilkan laba dan tumbuh dengan cepat, justru William masuk ke pasar yang masih perawan dan menguasainya dari sektor otomotif, kelapa sawit, dan masih banyak lainnya. Perkebunan Kelapa Sawit Astra merupakan salah satu yang terbesar.
- Peduli Terhadap Karyawan : Ada montir yang mempunyai potensi dan etos kerja yang bagus, biasanya William akan menyekolahkannya lagi sehingga menjadi insinyur. William dikenal sangat dekat dengan karyawan dan peduli dengan kesejahteraan mereka.
- Dermawan : William merupakan pribadi yang dermawan. Ia adalah orang Indonesia pertama yang masuk menjadi anggota Asia Society. Banyak orang yang menyukai sikap murah hati dan kedermawanan orang ini.
- Kerja Keras : Sejak masih menjadi pengusaha kecil di Cirebon, William muda terbiasa bekerja keras untuk mencari tahu apa yang menjadi kebutuhan pasar dan berusaha memenuhinya.
- Menjaga Hubungan Baik : Networking yang luas menjadikan William eksis di kalanga publik. Dia biasa menyalami orang dan menanyakan tentang kabar keluarganya. Tidak hanya kepada kolega bisnisnya, tetapi juga satpam di kantor.
- Manajemen yang Baik : William menekankan pengelolaan bisnisnya pada konsep profesionalitas. Seorang montir di Astra bisa menjadi Direktur, jika ia memang layak menduduki kursi itu.