Kisah Sukses Steve Jobs, Bos Apple Yang Pernah Dipecat Oleh Perusahaan Sendiri
Nama Lengkap |
Steven Paul
Jobs |
Tempat, Tanggal Lahir |
San
Francisco, California, Amerika Serikat, 24 Februari 1955 |
Total Harta Kekayaan |
Mencapai 8,3 Miliar USD atau setara Rp 116,2
Triliun |
Jenjang Pendidikan |
Reed
College (Drop Out) |
Karir Perusahaan |
Pendiri dan CEO Apple |
Seluruh dunia pasti mengenal produk yang
terdapat logo buah apel yang tergigit, yakni hasil besutan Brand Apple yang terkenal itu.
Perusahaan IT Raksasa yang didirikan oleh Steve Jobs dan Wozniak bermula dari
Garasi. Setelah 10 tahun membuka bisnisnya, nilai aset Perusahaan Apple sudah melonjak tinggi dengan total 2 Miliar USD dan membawahi 4.000 karyawan.
Sebelumnya, ia pernah bekerja di Perusahaan
Atari dan berusaha mempertaruhkan semua hasil tabungannya untuk membuat Perusahaan
Impiannya. Steve Jobs pernah menyampaikan kisah hidupnya dalam pidato acara
Wisuda Universitas Stanford, Amerika Serikat pada tanggal 12 Juni 2005.
"Saya merasa bangga berada di tengah-tengah anda sekarang, yang akan segera lulus dari salah satu universitas terbaik di dunia. Saya tidak pernah selesai kuliah. Sejujurnya, baru saat inilah saya merasakan suasana wisuda. Hari ini saya akan menyampaikan 3 cerita pengalaman hidup saya. Ya, tidak perlu banyak. Cukup tiga."
Baca Juga :
- Kisah Sukses Soichiro Honda, Berawal Pecinta Deru Mesin Mobil Sampai Jadi Pendiri Motor Honda
- Kisah Sukses Thomas Alva Edison, Penemu Lampu Pijar Merangkap Jadi Konglomerat
- Kisah Sukses Warren Buffet, Mahaguru Para Investor Terbesar di Dunia
Cerita Pertama : Menghubungkan Titik-Titik
Dirinya menceritakan bahwa ia dilahirkan
dari seorang mahasiswi belia yang hamil karena 'suatu kecelakaan’ dan
menyerahkan bayinya kepada orang yang sudi mengadopsinya. Ibunya bertekad, agar
bayi itu diadopsi oleh keluarga sarjana.
Pada suatu hari, tibalah pasangan suami-istri
yang berasal dari kalangan pengacara yang awalnya menjanjikan anak tersebut
untuk diadopsi dan disekolahkan hingga tamat kuliah, namun harapan itu kandas
setelah mereka berdua berubah pikiran dan menginginkan bayi perempuan.
Kemudian, orang tua Steve Jobs segera
mencari keluarga pada daftar urutan berikutnya dan meneleponnya di larut malam.
Setelah ibunya menawarkan adopsi, orang tua yang diteleponnya pun menjawab
bersedia.
Namun, ibu kandungnya setelah mengetahui ibu
angkatnya tidak pernah lulus kuliah sedangkan ayahnya tidak tamat SMA. Dia langsung
menolak menandatangani perjanjian adopsi dengan kedua orang tua angkatnya
tersebut.
Beberapa bulan kemudian, ibu kandung Steve
Jobs melunak hatinya setelah orang tua angkat tersebut menjanjikan akan
menyekolahkan Steve Jobs hingga kuliah. Setelah 17 tahun kemudian, Steve Jobs
benar-benar berkuliah di Reed College.
Merasa minder, biaya kuliah di sana hampir
setara biaya kuliah yang ada di Universitas Stanford, sehingga membuat seluruh
tabungan orang tua angkat Steve Jobs terkuras habis semua demi biaya kuliah apalagi
mereka berdua berasal dari kalangan pegawai rendahan.
Berselang 6 bulan kemudian, ia merasa tidak
mendapatkan manfaat dan arah tujuan hidup sama sekali selama berkuliah. Menurutnya,
keberadaan di sana hanya menghabiskan uang kedua orang tuanya lebih-lebih terkuras
semua tabungannya sama sekali.
Dengan
perasaan was-was dan pertimbangan yang sangat matang, ia pun memutuskan untuk
Drop Out dari perkuliahan. Ia merasa hal itu merupakan keputusan yang terbaik
selama hidupnya. Selepas itu, ia langsung berhenti mengambil kelas wajib yang
tidak diminati dan berfokus mengikuti kelas-kelas perkuliahan yang ia sukai.
Steve Jobs pernah merasakan getirnya hidup,
karena dirinya tidak punya kamar kos, sehingga ia menumpang tidur beralaskan lantai
di kamar teman-temannya. Dulu, Steve Jobs muda selalu mengembalikan botol-botol
Coca Cola demi mendapatkan uang 5 sen agar dapat ditukarkan dengan membeli
makanan.
Ia juga pernah berjalan melintasi sejauh 7
Mil setiap Minggu Malam hanya ingin mendapatkan makanan enak di Biara Hare Krishna
dan dari situlah, ia mulai bertemu dengan banyak orang berkat rasa ingin tahu
dan intuisi yang tajam kelak akan menjadi pusaka yang sangat berharga di masa depannya.
Pada waktu itu, Kampus Reed College
terkenal akan keindahan kaligrafi yang terpampang di dinding berupa poster,
label, dan petunjuk yang ditulis tangan. Karena dirinya sudah Drop Out,
akhirnya Steve Jobs memutuskan untuk mengambil kelas kaligrafi guna mempelajarinya.
Sejak itu, ia mulai belajar memahami ukiran
jenis-jenis huruf Serif dan San Serif, membuat varian spasi antar kombinasi
kata dan kiat membuat tipografi yang hebat. Baginya, semua itu merupakan
kombinasi cita rasa keindahan, sejarah, dan seni yang tidak dapat ditangkap
melalui sains dan benar-benar sangat menakjubkan.
Manfaat penulisan kaligrafi mulai terasa
saat dirinya bersama rekan-rekan lain berhasil mendesain Komputer Macintosh yang
pertama kalinya. Mac sebagai hasil besutan komputer pertamanya yang bertipografi cantik
berhasil diluncurkan.
Ia berandai-andai, jika saja dia tidak Drop-Out
dan tidak mengambil kelas kaligrafi, tentu saja tidak ada Mac buatannya memiliki
sedemikian banyak huruf yang beragam bentuk serta proporsinya dan memiliki
tipografi yang indah seperti itu.
Ia meyakini, bahwa semua orang harus percaya
dengan namanya intuisi, jalan hidup, hukum karma, atau istilah apapun itu. Hal-hal
kecil apa saja itu pasti akan terangkai dan berdampak di masa yang akan
mendatang, dan ia berhasil membuktikan pendekatan cara ini memang efektif dan
membuat banyak perbedaan di dalam kehidupannya.
Cerita Kedua & Ketiga : Cinta, Kehilangan dan Kematian
Lanjut cerita, ia merasa beruntung karena
mengetahui apa yang ia suka sejak masih muda. Steve Jobs dan Wozniak yang
berhasil mengembangkan Perusahaan Apple menjadi senilai 2 Miliar USD dan menaungi
4.000 karyawan ditambah besutan Produk Komputer
Terbaik yang bernama Macintosh atas hasil kerja keras mereka.
Namun sayangnya, Steve Jobs harus menelan
pil pahit karena dirinya harus dipecat dari Perusahaan yang didirikannya
sendiri saat berusia 30 tahun.
Seiring pertumbuhan Perusahaan Apple, ia bersama
rekan-rekannya segera merekrut orang-orang yang dipandang sangat berkompeten untuk
menjalankan perusahaannya bersama-sama. Pada tahun pertama, nampaknya berjalan lancar
seperti biasa namun selang beberapa tahun kemudian, muncullah perbedaan visi
secara internal mengenai masa depan selanjutnya yang kelihatannya sangat sulit
dipersatukan.
Selain itu, komisaris pribadinya ternyata
juga berpihak ke lawan kubunya, sehingga membuat dirinya harus ditendang dari
Perusahaan yang ia bangun sendiri dengan jerih payah keringatnya. Pemecatan Steve
Jobs itu menjadi pemberitaan media di mana-mana.
Sungguh menyakitkan, ia merasa sangat
kecewa dan hampir putus asa namun dia tidak ingin berlarut-larut. Kemudian, dia
segera menemui David Packard dan Bob Noyce untuk meminta maaf atas keterpurukannya
dan telah menjadi tokoh publik yang gagal.
Karena semangat dan kecintaan karirnya
masih menggelora, ia memutuskan untuk memulainya dari awal kembali. Tidak terasa,
cobaan yang menyakitkan itu mendorong dirinya menjadi paling kreatif dalam periode
hidupnya. Dalam 5 tahun berikutnya, ia mendirikan Perusahaan NeXT dan Pixar
yang akhirnya tumbuh menjadi studio animasi paling sukses di dunia melalui peluncuran
film animasi komputer pertamanya, Toy Story.
Selain itu, ia juga menemukan wanita istimewa dalam hidupnya, Lauren Powell yang kemudian hari menjadi istrinya. Melihat rangkaian peristiwa yang menakjubkan itu, Perusahaan Apple memutuskan untuk membeli Perusahaan NeXT dan Steve Jobs dapat kembali ke pangkuan perusahaan lamanya.
Baca Juga :
- Kisah Sukses Soichiro Honda, Berawal Pecinta Deru Mesin Mobil Sampai Jadi Pendiri Motor Honda
- Kisah Sukses Thomas Alva Edison, Penemu Lampu Pijar Merangkap Jadi Konglomerat
- Kisah Sukses Warren Buffet, Mahaguru Para Investor Terbesar di Dunia
Belajar dari pengalaman pahitnya ini, ia berpesan pada para mahasiswa umumnya kawula muda supaya jangan gampang menyerah dan putus asa, temukan apa yang disukai dan kerjakan hal itu untuk mendapatkan kepuasan hidup.
Jika seandainya, ada seseorang masih belum mendapatkan apa yang ia sukai, teruslah mencari dan banyak mencoba, dan yang paling penting adalah jangan menyerah dan berhenti hingga hati kecil mengatakan IYA dan cocok dengan apa yang ditemukan.
Steve Jobs dinyatakan meninggal dunia pada
tanggal 5 Oktober 2011, tepat dirinya berusia 56 tahun setelah bertarung menghadapi
penyakitnya, Kanker Pankreas berselang 8 tahun lamanya.
Sebenarnya, banyak pihak yang menyayangkan
tindakan Steve Jobs itu sendiri yang selalu keras kepala karena lebih pilih menjalani pengobatan
alternatif dan menolak dioperasi, sehingga penyakitnya menjadi kian parah dan
akhirnya merenggut nyawa Sang Pendiri Apple tersebut.
Tips-Tips Bisnis Steve Jobs
- Carilah sesuatu yang benar-benar disukai untuk dikerjakan. Bila belum menemukannya, tetaplah mencari karena hal itu ibarat percintaan, hati anda akan mengatakan 'Ya' saat menemukannya.
- Tidak ada kebahagiaan dalam bekerja selain melakukan pekerjaan yang benar-benar dicintai.
- Ibaratkanlah hari ini seperti hari terakhirmu hidup di muka bumi ini dan lihatlah begitu banyak energi positif yang muncul dan Anda lakukan.
Semoga artikel di atas bisa membantu kamu
terkait informasi yang sedang kamu cari, dan dapat menambah wawasan pengetahuan
yang memenuhi asupanmu. Jika ada pertanyaan, silahkan ditulis pada kolom
komentar di bawah ini.