Kisah Sukses Soichiro Honda, Jatuh Bangun Dalam Bisnis Menjadi Raja Motor Sedunia
Nama Lengkap |
Soichiro Honda |
Tempat, Tanggal Lahir |
Hamamatsu,
Shizuoka, Jepang, 17 November 1906 |
Masa Kewafatan |
Tokyo, Jepang, 5 Agustus 1991 |
Total Harta Kekayaan |
Mencapai
kisaran 1,7 Miliar USD atau setara Rp 23,8 Triliun |
Jenjang Pendidikan |
Mechanical Engineering, Sekolah Teknologi
Hamamatsu (kini Universitas Shizuoka) |
Karir Perusahaan |
Founder
of Honda Motor Company |
Soichiro Honda lahir pada 17 November 1906
di Distrik Iwatagun (kini Kota Tenryu) yang terpencil di Provinsi Shizuoka,
Jepang. Daerah tersebut terletak di antara Kota Tokyo, Kyoto, dan Nara yang
pada waktu itu dipenuhi tanaman teh yang rapi, yang disela-selanya dipenuhi
tanaman buah arbei yang lezat. Namun, kini daerah kelahiran Honda sudah ditelan
Kota Hamamatsu yaitu kota terbesar di provinsi itu.
Ayahnya Soichiro bernama Gihel Honda,
seorang tukang besi yang beralih profesi menjadi pengusaha bengkel sepeda sedangkan
nama ibunya, Mika, anak sulung dari 9 bersaudara, namun hanya tinggal 4 orang
yang hidup, karena terserang penyakit.
Sejak kecil, Honda sudah membantu ayahnya
bekerja di bengkel tetapi semasa bersekolah Honda kelihatannya tidak menonjol, namun
ia sangat menyukai Bidang Sains. Karena itu, ia lebih cepat memahami dan
menjawab pertanyaan gurunya dibandingkan dengan pelajaran mengarang.
"Nilaiku jelek di sekolah tetapi saya tidak bersedih, karena dunia saya di sekitar mesin, motor, dan sepeda," tutur Honda.
"Sampai sekarang pun, saya lebih efisien belajar dari TV daripada dari membaca. Kalau saya membaca, tidak ada yang menempel di otak," katanya.
Baca Juga :
- Kisah Sukses Bill Gates, Maniak Komputer Jadi Bos Microsoft di Dunia
- Kisah Sukses Sudono Salim, Kolega Soeharto yang Menduduki Jajaran Naga Asia
- Kisah Sukses Mochtar Riady, Pendiri Lippo yang Tak Pernah Kehabisan Ide
- Kisah Sukses Li Ka Shing, Sang Taipan Asal Hongkong Paling Kaya se-Asia Timur
Kecintaan Honda pada mesin sudah terlihat
pada usia 8 tahun, dia tampaknya suka mendengar deru mesin penggiling padi yang
terletak beberapa kilometer dari desanya. Bahkan, ia sering terlihat mengayuh
sepeda sejauh 10 mil hanya untuk melihat pesawat terbang.
Saat Honda kecil, ia pernah melihat mobil
dan merasa sangat girang sekali seraya bergumam :
"Ketika itu saya lupa segalanya, saya kejar mobil itu dan berhasil bergelayut sebentar di belakangnya. Ketika mobil itu berhenti, pelumas menetes ke tanah. Saya cium tanah yang dibasahinya, barangkali kelakuan saya persis seperti anjing. Lalu, pelumas itu saya usapkan ke tangan dan lengan.
Mungkin pada saat itulah di dalam hati saya, timbul keinginan untuk kelak membuat mobil sendiri. Sejak saat itu, kadang-kadang ada mobil datang ke kampung kami. Setiap kali mendengar deru mobil, saya berlari ke jalan, tidak peduli pada saat itu saya sedang menggendong adik," ujar Honda.
Saat usianya 12 tahun, Honda berhasil
merakit sendiri sepeda pancal dengan model rem kaki. Berselang 3 tahun kemudian
setelah kelulusan SMP, ia kembali ke kampung halamannya dan sewaktu itu Ayah
Honda berlangganan Majalah The World of Wheels yang dibaca Soichiro dengan
penuh minat. Di majalah itu, Soichiro membaca lowongan pekerjaan di sebuah
bengkel mobil dari Tokyo.
Sebetulnya ayah Honda khawatir melepas
anaknya yang masih kecil, tetapi Honda akhirnya diantar juga ke Tokyo. Selama bekerja
di bengkel mobil tersebut, Honda digaji rendah tetapi ia tetap menyukai
pekerjaannya itu dan di dalam hatinya hanya ada deru mesin.
Selama kepergiaannya ke Tokyo demi bekerja
di Hart Shokai Company, tampaknya ia dikenal sebagai pekerja keras. orang yang
sangat teliti dan sangat tanggap terhadap keluhan pelanggan. Dia selalu
melakukan semua itu dengan semaksimal mungkin tanpa kurang dari hal apapun
dalam pekerjaannya.
Saat usianya 21 tahun, bosnya menawari
Honda untuk membuka cabang baru, sehingga Honda sangat menikmati setiap proses
dalam kerjanya sampai-sampai harus begadang larut malam dan terkadang sampai Waktu
Shubuh hanya karena ada rasa penasaran.
Saat itu, jari-jari mobil masih menggunakan
kayu walhasil dengan kecerdikan dirinya yang selalu memerhatikan kelemahan
jari-jari mobil pada saat itu, ia kemudian membuat jeruji logamnya dan akhirnya
produk yang dibuatnya laku keras.
Saat itu, ia baru berusia 30 tahun, Honda
menandatangani hak patennya yang pertama. Dari keuntungan hak patennya ini,
Honda membuka bengkel sendiri.
Setelah membuat ruji-ruji logam, Honda
ingin membuat Ring Piston namun karyanya ditolak oleh Toyota karena dianggap
tidak akan laku dijual, Honda merasa terpukul dan jatuh sakit cukup serius
setelah mendengar pernyataan itu.
Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih
kembali dan kembali memimpin bengkelnya tetapi masih saja Ring Piston buatannya
itu belum juga ada solusinya sehingga membuat Honda semakin penasaran.
Akhirnya, dia memutuskan untuk berkuliah ke
jurusan Teknik Mesin di Sekolah Teknologi Hamamatsu (kini Universitas Shizuoka)
sebagai statusnya menjadi Mahasiswa yang Luar Biasa (dikarenakan umurnya yang
sudah lebih tua pada umumnya). Berselang 2 tahun setelahnya, dia dikeluarkan dari
perguruan tinggi dikarenakan dirinya jarang masuk mengikuti perkuliahan.
"Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya," ujar Honda yang gandrung balap mobil.
Ia pernah memprotes ke rektornya langsung,
karena menurutnya tujuan berkuliah bukan diperuntukkan mencari ijazah melainkan
menambah pengetahuan dan pengalaman. Mendengar hal itu, justru pernyataan itu
dianggap sebuah penghinaan.
Dengan ketekunan yang sangat hebat,
akhirnya desain Ring Pistonnya diterima oleh Perusahaan Toyota dengan
memberikan sebuah kontrak, sehingga Honda berniat untuk mendirikan pabrik.
Namun malangnya, waktu itu Jepang sangat membutuhkan sekali uang banyak untuk
dana perang.
Honda tidak mau menyerah, ia terus berupaya
mengumpulkan modal dan langsung mendirikan sebuah pabrik sampai selesai. Namun masalah
itu tidak hanya berhenti di situ saja, pasca perang meletus tiba-tiba pabriknya
terbakar 2 kali.
Namun dia tetap tidak patah arang, Honda
meminta karyawannya untuk mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh Kapal
Amerika Serikat, dengan maksud sebagai bahan mendirikan pabrik. Tanpa diduga,
gempa bumi terjadi dan menghancurkan pabriknya kesekian kalinya, sehingga
diputuskan menjual Pabrik Ring Pistonnya ke Pihak Toyota. Setelah itu, Honda
mencoba beberapa usaha lain tetapi semuanya berakhir gagal.
Akhirnya pada Tahun 1947 pasca perang,
Jepang sedang mengalami kekurangan bensin padahal waktu itu kondisi ekonomi
Jepang lagi berantakan. Keadaan itu justru membuat Honda bingung, ia lantas
memasang mesin motor kecil pada sepeda. Namun tidak ada yang menyangka, sebuah
rakitan kecil yang ia pasangkan pada badan sepeda kelak akan menjadi cikal-bakal
lahirnya sebuah sepeda motor yang mulai diminati oleh masyarakat luas.
Lambat laun, pesanan yang diterimanya sudah
overload (kebanyakan), sampai-sampai dirinya sangat kewalahan untuk mencapai target
demi memenuhi permintaan yang diterimanya. Akhirnya, dia segera mendapatkan
uang hasil penjualannya tersebut dan mulai berani mendirikan sebuah pabrik
motor.
Setelah sukses dengan hasil produksi
motornya, Honda menjadi terkenal sebagai pamor bintang pada industri motor mobil
terbesar di dunia. Hingga akhir hayatnya, dia berhasil mempatenkan tidak kurang
dari 100 paten dan penghasilannya mencapai 1,7 Miliar USD pasca pengunduran
dirinya.
Baca Juga :
- Kisah Sukses Bill Gates, Maniak Komputer Jadi Bos Microsoft di Dunia
- Kisah Sukses Sudono Salim, Kolega Soeharto yang Menduduki Jajaran Naga Asia
- Kisah Sukses Mochtar Riady, Pendiri Lippo yang Tak Pernah Kehabisan Ide
- Kisah Sukses Li Ka Shing, Sang Taipan Asal Hongkong Paling Kaya se-Asia Timur
Tips Berbisnis Soichiro Honda
1. Pantang Menyerah
"Orang melihat kesuksesan saya hanya 1 % tetapi mereka tidak melihat 99 % kegagalan saya. Ketika Anda mengalami kegagalan, mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi yang baru."
2. Melakukan yang Terbaik
"Masa depan industri Jepang bukan ditentukan oleh cepat, tetapi oleh mutu barang yang kita buat dan pengaruhnya terhadap kepentingan sesama manusia. Kalau kita membuat barang yang menyebabkan banyak polusi kemungkinan kita akan untung, tetapi hanya sebentar, sesudah itu bangkrut.
Kami di Perusahaan Honda sering bergurau. Enak juga ada perusahaan-perusahaan besar yang kerjanya hanya memikirkan untung besar saja. Akibatnya perusahaan seperti Honda mendapat kesempatan untuk membuat barang yang baik."
Semoga artikel di atas bisa membantu kamu
terkait informasi yang sedang kamu cari, dan dapat menambah wawasan pengetahuan
yang memenuhi asupanmu. Jika ada pertanyaan, silahkan ditulis pada kolom
komentar di bawah ini.