Kisah Sukses Mochtar Riady, Dari Toko Kelontong Jadi Pendiri Lippo Group
Nama Lengkap |
Mochtar Riady (Nama
asli : Li Moe Tie) |
Tempat, Tanggal Lahir |
Malang,
Jawa Timur, 12 Mei 1929 |
Total Harta Kekayaan |
Mencapai 1,6 Miliar USD atau setara Rp 22,4
Triliun |
Jenjang Pendidikan |
Ilmu
Filosofi, Universitas Nanking, China |
Karir Perusahaan |
·
Pendiri Lippo Group · Suksesor Bank BCA dan Bank Panin |
Seorang Mochtar Riady merupakan sosok
pebisnis yang paling fenomenal, sehingga ia pernah menoreh julukan sebagai The
Magic Man of Bank Marketing. Kelihaian bisnisnya patut diacungi jempol karena
mampu merespon pasar dengan cepat dan baik melampaui kebanyakan orang, sehingga
ekspansi perusahaan besarnya sudah menjangkau dari ujung Sabang hingga Merauke.
Selain itu, bisnis besarnya sudah merambah
ke Mancanegara seperti China Besar (Shanghai, Macau, Hongkong), begitu juga di
Filipina, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, hingga Amerika Serikat.
Mochtar Riady dilahirkan di Kota Malang
pada tanggal 12 Mei 1929. Profesi ayahnya bekerja sebagai pedagang batik. Sejak
SD, dia sudah bercita-cita besar ingin menjadi Bankir. Setiap berangkat ke
sekolah, dia selalu terpesona dengan gedung megah tinggi dan para pegawai bank
yang berpakaian rapi.
Saat berusia 18 tahun, Mochtar mengalami
pembuangan oleh Pemerintah Kolonial Belanda ke daerah Nanking, China dan di
sana, ia menimba kuliah Jurusan Ilmu Filosofi di University of Nanking. Beberapa
waktu kemudian, Negeri China mengalami situasi peperangan yang amat mencekam,
sehingga mendorong Mochtar muda untuk mengungsi ke Hongkong. Selepas tamat
studi, ia pulang ke Indonesia saat berusia 21 tahun.
Baca Juga :
- Kisah Sukses Soichiro Honda, Berawal Pecinta Deru Mesin Mobil Sampai Jadi Pendiri Motor Honda
- Kisah Sukses Thomas Alva Edison, Penemu Lampu Pijar Merangkap Jadi Konglomerat
- Kisah Sukses Warren Buffet, Mahaguru Para Investor Terbesar di Dunia
Mewujudkan Cita-Cita Besar
Saat tiba di Malang, ia mengutarakan
niatnya di hadapan kedua orang tuanya untuk menjadi Bankir karena cita-cita
inilah yang ia damba-dambakan semenjak usianya 10 tahun. Mendengar cita-cita
anaknya tersebut, kedua orang tuanya merasa geli dan aneh mengenai impian anaknya
tersebut.
Menurut ayahnya, keluarga Moctar sendiri
termasuk golongan pedagang yang tentunya suka berjualan di pasar, sedangkan hal-hal
yang berkaitan dengan Bank disangka sebagai bisnisnya orang kaya, makanya
Mochtar dianggap sedang bermimpi ketinggian di siang bolong.
Saat usianya 22 tahun, Mochtar Riady
menikah dengan istrinya asal Jember. Waktu itu, mertua Mochtar memberikan tanggung
jawab mengurusi sebuah toko kecil kepada menantunya itu dan walhasil pasca 3
tahun setelahnya, ia berhasil mengembangkan usaha toko mertuanya menjadi toko
terbesar di Jember.
Namun, Mochtar merasa tidak puas hanya di
titik itu saja. Di usia 25 tahun, Mochtar merasa terguncang karena berada di
masa transisi entah ke mana arah hidupnya selanjutnya. Keinginannya menjadi
seorang bankir terus berapi menyala-nyala.
Ia sadar, kalau dirinya ibarat pohon yang
ditanam di sebuah pot. Tumbuhan itu tidak akan bertumbuh besar, karena media
tanamnya juga kecil. Jika tumbuhan itu ingin menjadi bertumbuh besar, maka dia
harus ditempatkan di media tanam yang luas supaya akar-akar tumbuhannya itu
bisa menyebar ke mana-mana dan bertopang kuat.
Dalam masa perenungan itulah, Mochtar
akhirnya memutuskan untuk hijrah ke Jakarta karena kawasan pusat keuangan dan
pusat pemerintahan. Di sana, ia merasa melihat sebuah peluang dan bisa
berkembang. Namun, waktu itu modal Mochtar yang dibawa ke Jakarta hanya berbekal
nekat dan tekad saja tetapi dia tidak punya relasi sedikit pun di sana.
Kemudian, ia menjajal bekerja sebagai impotir
di sebuah CV yang ada di Jakarta selama 6 bulan. Sewaktu dirinya bekerja, dia
sudah mulai berdagang bersama teman-temannya, berjualan kapal kecil. Setiap bertemu
dengan teman-temannya, ia selalu bercerita mengenai keinginannya menjadi
seorang bankir.
Mendapatkan Jalan Kesempatan dari Tuhan
Pada sebuah kesempatan, Mochtar bertemu
dengan kawan lamanya. Temannya mengatakan, ada sebuah bank yang sedang
mengalami kesulitan yang bernama Bank Kemakmuran dengan pemiliknya Andi Gappa.
Tanpa banyak berpikir, Mochtar menemui si
pemilik bank, padahal ia sama sekali tidak punya pengalaman dasar akuntansi
atau manajerial karena dirinya lulusan ilmu filsafat. Mochtar berhasil meyakinkan
Andi, bahwa ia mampu membereskan masalah di bank tersebut.
Di hari pertama, Mochtar bekerja sebagai
bankir dadakan malah bingung ketika melihat balance sheet. Sebenarnya, ia tidak
tahu apa-apa dan berlagak paham di hadapan bosnya. Selepas pulang kantor, ia
langsung belajar memahami balance sheet tersebut.
Namun sayangnya, ia tetap saja tidak paham
walaupun dia berusaha sekeras apapun. Akhirnya, dia mencoba menghubungi temannya
yang bekerja di Standar Chartered Bank agar mau mengajarinya tetapi hal itu
juga tidak berhasil membuat Mochtar paham.
Akhirnya, dia mengaku jujur di hadapan bos
dan jajaran karyawannya kalau dirinya tidak paham menguasai ilmu balance sheet.
Namun Mochtar tidak kehabisan akal, dia dipindahkan bekerja di Bagian Kliring,
Cash, dan Checking Account.
Selang sebulan lamanya, ia berhasil menguasainya
karena mengikuti les belajar tentang seluk-beluk akuntasi dari guru privatnya
tersebut. Misi selanjutnya, dia harus memperbaiki kinerja keuangan pada bank
tersebut dan akhirnya dalam kurun setahun saja, Bank Kemakmuran melonjak tumbuh
dengan pesat.
Saat berusia 45 tahun, Mochtar pindah
bekerja ke Bank Buana. Selang 7 tahun kemudian, dia berpindah sekian kalinya ke Bank Panin yang merupa yang
merupakan gabungan Bank Jaya, Bank Industri Dagang Indonesia, dan Bank
Kemakmuran (tempat bekerja pertama kalinya dulu).
Dari Bank Panin, Mochtar meloncat lagi untuk
mengurus Bank BCA, dan mendapatkan keuntungan bagi hasil sebesar 17,5 persen. Akhirnya,
nama Mochtar Riady menjadi terkenal luas karena keberhasilan aksinya menyelamatkan
Bank-Bank pailit atau merugi.
Kala itu, ia juga berani mengeluarkan
kebijakan penurunan suku bunga 20 % menjadi 12%. Tentu saja, para nasabah yang
berhutang kredit dapat segera melunasinya dengan cepat, dan banyak para nasabah
baru lainnya yang ingin mengajukan permintaan kredit, yang tentunya dengan
syarat jaminan yang ketat.
Sejak saat itu, nama Mochtar dikenal luas sebagai The Magic Man of Bank Marketing. Selama bekerja di BCA, Mochtar banyak melakukan terobosan-terobosan aksi yang tepat, sehingga dia berhasil menorehkan banyak prestasi, salah satunya menaikkan nilai asset BCA dari Rp 12,8 Miliar menjadi Rp 5 Triliun dalam waktu kurun 6 tahun.
Sebelum dipegang Mochtar, awalnya
Perusahaan BCA hanya mempunyai 27 karyawan dan 1 kantor cabang saja di Jakarta.
Namun dalam waktu singkat, akhirnya BCA mampu menyalip dan menjadi lebih besar
daripada Bank Panin.
Selama karirnya menjadi Bankir, dia
merupakan orang pertama yang menggunakan komputer dalam bekerja, yang pertama
kali menciptakan tabungan tahapan dan orang pertama yang mencontoh seperti
Citibank.
Selama bekerja di BCA, ia berhasil
menguasai sebagian aset Bank Perniagaan Indonesia dan meningkatkan aset BPI
hingga meloncat naik 1.500 persen hanya dalam waktu 6 tahun. Padahal, awal aset
BPI sebelum dipegang oleh Mochtar hanya berkisar Rp 16,3 Miliar dan kini
setelahnya dalam kurun beberapa tahun menjadi Rp 257,73 Miliar.
Setelah 2 tahun kemudian, BPI sepakat
melakukan merger dengan Bank Umum Asia, dan sejak itulah lahir Bank yang bernama
Lippo Bank. Kini, Lippo Group miliknya sudah menaungi sekurangnya 50 anak perusahaan,
dengan total lebih dari 35.000 karyawan. Ekspansi bisnis groupnya juga sudah
melebar sayapnya hingga ke luar negeri, di antaranya seperti Hong Kong, Guang
Zhou, Fujian, Korea Selatan, dan Shanghai.
1. Keuangan, Sekuritas, Hedge Fund, Asuransi, Bank
Untuk Fund Management, Lippo mengelola
lebih dari 1 Miliar USD. Di sektor asuransi, Lippo mempunyai AIG Lippo dan
Asuransi Lippo, sedangkan untuk sektor bank, Lippo dulu memiliki Lippo Bank yang
dijual ke CIMB Niaga. Pada Tahun 2010, Lippo membeli 60 % saham Bank Nobu.
2. Properti dan Urban Development
Di bisnis ini, Lippo membangun Kota Satelit
Terpadu, Perumahan, Kondominium, Pusat Hiburan, Perbelanjaan, Perkantoran, dan Kawasan
Industri. Di 3 kota yang telah dibangun, yaitu Lippo Cikarang di Bekasi, Bukit
Sentul di Bogor, dan Lippo Karawaci di Tangerang, sehingga para penghuni bisa
menikmati layanan TV Cable sekaligus fasilitas internet.
3. Sektor Pembangunan Infrastruktur (Pembangkit tenaga listrik, produksi gas, distribusi, pembangunan jalan raya, pembangunan sarana air bersih, dan prasarana komunikasi)
Hampir semua bisnis ini dikonsentrasikan di
luar negeri dan dikontrol penuh oleh Kantor Pusat Grup Lippo yang berbasis di
HongKong, dipimpin puteranya Stephen Riady.
Aktivitas bisnisnya di antara lain,
pembangunan jalan tol di Guang Zhou, pembangunan kota baru Tati City di Provinsi
Fujian, Gedung Perkantoran Plaza Lippo di Shanghai dan membangun kawasan
perumahan elit serta perkantoran di Hong Kong.
4. Sektor Industri Komponen Elektronik, Komponen Otomotif, Semen, Porselen, Batu Bara, dan Gas Bumi.
Komponen elektronik yang dibuat meliputi produk
kulkas dan AC merk Mitsubishi, serta komponen otomotif memproduksi kabel
persneling.
5. Bidang Jasa meliputi teknologi informasi, bisnis ritel (Matahari Department Store), rekreasi, hiburan, hotel, rumah sakit, dan pendidikan.
Ada beberapa kontroversi yang dilakukan
Mochtar dan James, sehingga mereka berdua mendapat sorotan media massa, yaitu
ketika ia ingin membangun rumah sakit untuk masyarakat kelas atas di daerah Lippo
Karawaci.
Untuk itu, Mochtar memberanikan diri untuk
menggandeng Gleneagles Hospital yang berbasis di Singapura.
"Daripada orang-orang kaya kita pergi ke Singapura, kan lebih baik kita bawa saja Gleneagles ke Indonesia," kata Mochtar saat Rumah Sakit itu telah diresmikan.
6. Bidang Pendidikan, Lippo mendirikan Sekolah Pelita Harapan yang ditujukan untuk para pelajar kelas elite dan kaya.
Pembayaran sekolah menggunakan transaksi
uang dolar, tentu saja kebijakan sekolah menjadi suatu hal yang tidak lazim dan
terus menjadi buah bibir masyarakat. Tentu, akhirnya sekolah ini laku keras
akan peminatnya. Selain itu, para siswa diwajibkan berbahasa inggris, dengan
ekstrakulikuler pelajaran musik, berkuda, dan ilmu komputer bahkan pihak
sekolah tidak segan-segan mendatangkan sebagian guru dari Amerika.
7. Bisnis Ritel, Lippo membeli lebih dari
50 % saham Matahari Putra Prima, Perusahaan Ritel terbesar yang dimiliki Hari
Darmawan. Perusahaan Lippo terus bergerak maju, mereka menargetkan untuk
peningkatannya yang bermula hanya ada 25 Mall menjadi lebih dari 50 Mall, dalam
waktu 5 tahun.
Di sektor eceran ini, Lippo menargetkan mempunyai
130 Hypermarket, dan ternyata untuk mendirikan satu Gerai Hypermarket saja
harus membutuhkan modal sebesar Rp 50 Miliar.
Baca Juga :
- Kisah Sukses Thomas Alva Edison, Penemu Lampu Pijar Merangkap Jadi Konglomerat
- Kisah Sukses Warren Buffet, Mahaguru Para Investor Terbesar di Dunia
Tips-Tips Rahasia Sukses Mochtar Riady
1. Bermimpi Besar : Ia berani merantau dari
Jember ke Jakarta untuk mewujudkan mimpinya. Karena jika ia seandainya berada
di Jember saja, maka ia tidak mampu berkembang menjadi pebisnis yang lebih
besar lagi.
2. Networking : Mochtar Riady mempunyai
banyak relasi dan ingin selalu menjaga hubungan baik dengan teman-temannya.
3. Visioner : Mochtar Riady, tipikal orang
yang selalu berkomitmen untuk belajar. Sewaktu masih bekerja di tempat orang, ia
mengambil kuliah malam agar bisa menambah pengetahuan tentang perbankan. Karena
pengetahuannya luas, ia jadi mempunyai gambaran tentang bisnis di masa depan.
4. Bekerja Keras : Mochtar melihat bahwa
kerja keras adalah sebuah hiburan.
5. Pantang Menyerah : Keinginan Mochtar
untuk merantau ke Jakarta selalu ditentang keluarganya, namun itu tidak menyurutkan
niatnya untuk merantau.
6. Disiplin Keuangan : Meski sudah menjadi
konglomerat, Mochtar Riady selalu konsisten untuk membedakan antara uang
pribadi dan uang perusahaan.
Semoga artikel di atas bisa membantu kamu
terkait informasi yang sedang kamu cari, dan dapat menambah wawasan pengetahuan
yang memenuhi asupanmu. Jika ada pertanyaan, silahkan ditulis pada kolom
komentar di bawah ini.