Kisah Sukses Eka Djipta Widjaya, Lulusan SD Menjadi Konglomerat Bisnis Raksasa di Indonesia
Nama Lengkap |
Eka Tjipta Widjaja
(Nama asli : Oei Ä–k-Tjhong) |
Tempat, Tanggal Lahir |
Quanzhou,
Fujian, Tiongkok, 27 Februari 1921 |
Masa Kewafatan |
Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 26
Januari 2019 |
Total Harta Kekayaan |
9,3
Miliar USD atau sekitar Rp 130,2 Triliun |
Jenjang Pendidikan |
SD Makassar (Tidak diketahui namanya) |
Karir Perusahaan |
· Investor (Pemegang Saham Mayoritas BII) · Pebisnis (CV. Bitung Manado Oil, PT. Tjiwi Kimia Tbk.,
Sinar Mas Group) · Filantropis (Pendiri Eka Tjipta Foundation) |
Banyak orang ingin disebut sebagai orang
kaya dan masuk dalam majalah pemeringkat orang-orang superkaya dunia. Namun ini
berbeda dengan Eka Tjipta Widjaya, ia lebih suka tidak terlihat mencolok atau
tampil di permukaan.
Menurut kalkulasi Blomberg Billionaires
Index, Eka Tjipta Widjaya pernah dinobatkan sebagai orang terkaya nomor 142 Sedunia.
Namun setelah munculnya kabar ini, juru bicara pribadi Eka Djipta menyangkal
pengakuan tersebut dan menjelaskan bahwa pihaknya tidak pernah merilis laporan
keuangan, sehingga cukup mustahil jika tiba-tiba ada sebuah media yang merilis
peringkat kekayaan seseorang.
Pada kenyataannya, Sinar Mas Group bukanlah
hanya sekedar perusahaan induk, melainkan juga sebuah brand yang digunakan oleh
perusahaan-perusahaan dengan nilai korporasi dan sejarah yang sama. Walaupun Brand
Sinar Mas ada banyak di pelbagai bidang usaha, namun manajemen mereka berdiri masing-masing.
Bisnis Eka Tjipta merambah ke berbagai
bidang seperti pengolahan bubur kayu, kertas, developer, real estate,
agribisnis, makanan, telekomunikasi, jasa keuangan, energi, dan infrastruktur. Sebagian
besar juga perusahaan milik Eka Djipta ini merupakan perusahaan terbuka untuk publik.
Sebagai pemain raksasa di bidang minyak
sawit, Perusahaan Sinar Mas mendapat pukulan berat dari rekanan bisnis karena
mereka dianggap telah melakukan perusakan lingkungan, dengan penghancuran hutan
secara besar-besaran dan merusak ekosistem alam.
Beberapa perusahaan yang pernah
menghentikan pembelian antara lain Unilever, Nestle, Abengoa, Carrefour, dan
Burger King, sedangkan Group HSBC pada Bulan Mei 2010 diminta oleh Greenpeace
untuk melepaskan saham HSBC dari Perusahaan Sinar Mas, karena dianggap telah
merusak hutan di Indonesia dan akhirnya pihaknya langsung melepaskan sahamnya
tersebut.
Di tengah isu perusakan lingkungan, Sinar
Mas Group tetap tumbuh menjadi perusahaan yang selalu berkembang pesat. Meskipun
sudah tidak terlibat bisnis sejak Tahun 2004, Eka Tjipta merupakan tokoh legendaris
bisnis yang banyak menjadi inspirasi bagi generasi-generasi setelahnya.
Nama dirinya lambat laun sudah tidak asing
lagi, ia dikenal sebagai filantropis yang memperoleh Rekor MURI karena kontribusi
besar dalam bidang pendidikan berupa dana bantuan beasiswa untuk
mahasiswa-mahasiswa yang berprestasi dan tidak mampu.
Walaupun dia sudah berkontribusi dalam
memberikan beasiswa, banyak orang yang tidak tahu sebenarnya Eka Tjipta sendiri
tidak pernah mengenyam bangku kuliah dan dia hanya anak lulusan SD.
Pada kala itu, keadaan ekonomi keluarganya begitu rapuh sehingga orang tuanya tidak bisa membiayai sekolah. Perjalanan hidupnya dengan gigih dan penuh perjuangan dalam merintis bisnis begitu panjang dan penuh lika-liku sekali.
Baca Juga :
- Kisah Sukses Bill Gates, Maniak Komputer Jadi Bos Microsoft di Dunia
- Kisah Sukses Sudono Salim, Kolega Soeharto yang Menduduki Jajaran Naga Asia
- Kisah Sukses Mochtar Riady, Pendiri Lippo yang Tak Pernah Kehabisan Ide
- Kisah Sukses Li Ka Shing, Sang Taipan Asal Hongkong Paling Kaya se-Asia Timur
Perjalanan Hidup Bisnis Eka Sedari Kecil
Eka Tjipta sendiri lahir tepat pada 27
Februari 1921, di kala usianya masih muda menginjak umur 9 tahun, anak muda itu
bersama ibunya pernah berlayar selama 7 hari 7 malam. Saking begitu miskinnya,
dia pernah berhutang sebanyak 150 dollar kepada rentenir untuk membeli tiket
berlayar dan tidur di bagian kapal paling jelek.
Namun mereka berdua tetap bersyukur bisa
tidur dan ketika mereka mau makan, Eka dan ibunya mau tidak mau harus menahan
perutnya agar tidak sampai kenyang dikarenakan dirinya hanya memiliki sisa
sedikit uang.
Si kecil Eka dan ibunya itu ternyata orang
asli Tionghoa yang sedang merantau ke Makassar, mereka berdua bertekad menyusul
suaminya untuk merubah nasib lebih baik mengingat ayahnya Eka punya sebuah toko
kecil untuk berdagang.
Saat pertama kali menginjakkan kakinya di
Bumi Makassar, dia masih memakai nama aslinya yang bernama Oei Ek Tjhong dan
berusaha beradaptasi terhadap lingkungan sekitar karena dirinya masih
menggunakan bahasa China.
Si kecil Eka ini berusaha membantu usaha
milik ayahnya dan akhirnya hutang sang ibu bisa terbayar lunas setelah 2 tahun
berdagang. Selepas itu, Si Eka muda ini bermaksud untuk melanjutkan
pendidikannya setelah dia lulus SD namu sayangnya hal itu kandas karena tidak
mempunyai uang yang cukup.
Sejak saat itu, Eka mulai belajar untuk
mendapatkan peruntungan di dunia bisnis berbekal pengalaman dirinya saat
berdagang dan pengajarang ayahnya. Dan akhirnya berselang 2 bulan kemudian
setelah mendirikan sebuah usaha, Si Eka kecil ini sudah berhasil mengantongi
uang sebesar Rp 20 sen dan jumlahnya itu sudah bisa dikatakan besar sekali
mengingat harga beras hanya berkisar 3-4 sen per kilogram.
Dari sisa keuntungan tersebut, dia
memutuskan untuk membeli sebuah becak agar memuat semua barang dagangannya.
Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, tiba-tiba tentara Jepang datang
menyerbu dan menjajah Indonesia, tidak luput begitu pula dengan Kota Makassar.
Pasca kejadian itu, usahanya yang didirikan
itu hancur lebur seketika dan uangnya hanya tersisa sebanyak Rp 2.000 saja
itupun sisa hasil tabungan selama beberapa tahun sebelumnya, walhasil uang
tersebut hampir habis karena digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari.
Pada waktu itu, Eka merasa sangat bimbang,
sambil berkeliling Makassar dengan mengayuh sepedanya. Saat dia tiba di daerah
Paotere (pinggiran Makassar), nampaklah banyak tumpukan karung terigu, semen,
dan gula yang masih dalam kondisi laku jual dan sedang diangkut oleh para
tawanan Belanda sambil diawasi oleh tentara Jepang.
Kemudian, tercetuslah sebuah ide cemerlang
agar segera memanfaatkan sebuah peluang yang sangat besar ini. Ia segera balik
pulang ke rumahnya, kemudian ia bergegas menyiapkan makanan dan minuman yang
akan dijajakan kepada tentara Jepang, kemudian dia harus tiba di sana sebelum
waktu Shubuh itu tiba.
Dia nampaknya sudah mempersiapkan semuanya
dengan sangat baik dan rapi, ia membawa kopi, gula, kaleng bekas minyak tanah
yang diisi air, oven kecil berisi arang untuk pemanas air, cangkir, sendok, dan
sebagainya yang ia pinjam dari ibunya.
Ia juga tidak segan-segan meminjam 6 ekor
ayam yang sudah siap terpotong dan digosok garam putih bersih, dan tidak lupa
tentunya dengan membawa 1 botol Whiskey, Brandy dan botol Anggur yang berhasil
dipinjam oleh teman-temannya. Ia yakin akan berhasil membujuk para tentara
Jepang karena mereka gemar sekali minum minuman keras.
Setelah dipersiapkan matang, para tentara
Jepang dan tawanan Belanda mulai datang bekerja, namun setelah 2 jam kemudian,
dagangannya tidak ada satu pun yang terjual dan menarik minat para tentara
tersebut.
Kemudian, Eka memutar akalnya dan akhirnya
sadar bahwa para tentara Jepang itu sangat patuh pada pimpinannya dan akhirnya
Si Eka memutuskan untuk mentraktir gratis Komandan yang bertugas di tempat itu.
Ketika dia menyantapi masakan yang
disodorkan dari Si Eka, tampaknya dia mulai menikmati sekali sebagian ayam
komplit yang gurih sekali dan minuman Bir Whisky kesukaannya. Setelah itu,
komandan segera mengajak dan merekomendasikan para bawahannya sekaligus tawanan
tersebut untuk ikut menyantapi hidangan gratis di tenda Eka.
Setelah mereka semua puas, akhirnya Eka
berupaya membujuk dan meminta izin kepada komandan untuk mengangkut semua
barang yang sudah dibuang dan dianggap tak berguna itu. Sang Komandan pun
memperbolehkannya.
Melihat barang-barang yang mau diangkat
sangatlah banyak, akhirnya dia meminta bantuan kepada anak-anak kampung untuk
mengangkat barang-barang tersebut dengan tebusan upah 5-10 sen. Alhasil,
barang-barang itu pun semua diangkut dengan kendaraan becak dan ternyata
memenuhi ruangan kosong rumahnya bahkan hampir mengisi setengah halaman
tetangga.
Setelah itu, kemudian Si Eka segera
menyortir barang-barang yang masih layak dijual dan yang sudah keras ditumbuk
kembali. Dia pun tidak luput untuk belajar menjahit karung goni yang akan
digunakan untuk mengemasi barang dagangannya dengan baik.
Pada waktu itu, Eka merasa hokinya berjalan
dengan lancar. Harga pasaran yang biasanya mematok Rp 50 per karung, ia naikkan
harga jualnya menjadi Rp 60, tetapi dikarenakan banyak peminatnya, ia pun
menaikkan kembali hingga Rp 150 per karung. Begitu juga, harga semen yang
biasanya dijual dengan harga Rp 20 per karung kemudian dinaikkan lagi dengan Rp
40.
Suatu hari, ada tukang gali kuburan khusus
orang-orang kaya datang untuk membeli semen dari Eka dan dengan rasa penasaran,
Eka menanyai maksud tujuan membeli semen. Si tukang gali kubur pun menceritakan
maksudnya, namun Si Eka malah menolak menjualkan semennya kepada tukang itu.
Menurut Eka, apabila semennya hanya
dijualkan kepada tukang gali kubur, maka ia hanya mendapatkan keuntungan Rp 40
per karung semen, namun apabila dia yang memegang kendali untuk membuatkan
kuburan orang kaya tersebut pasti dia bisa mendapatkan keuntungan Rp 3.500
hingga Rp 6.000 per kuburan apalagi upah tukang gali kubur ini cukup dibayar
hanya sebesar Rp 15 sehari.
Ia juga tidak segan-segan langsung menambah
20 persen saham kosong untuk kontrak pembuatan 6 kuburan mewah. Setelah semua
bahan semen dan beton terjual habis, Eka mulai beralih bisnis yang lebih besar
lagi, yakni menjual kopra.
Eka Tjipta Widjaya punya mental yang tidak
gampang menyerah, ia kemudian berlayar ke daerah Selayar (Kepulauan bagian
selatan Sulawesi Selatan) dan menghampiri sentra-sentra kopra lainnya agar dapat
memperoleh harga komoditi yang murah.
Setealah mendapatkan apa yang ia cari, Eka
pun akhirnya berhasil mendapatkan keuntungan yang sangat besar, namun sayangnya
tidak beberapa lama kemudian datanglah cobaan selanjutnya. Bangsa Jepang
langsung mengeluarkan peraturan harga jual-beli minyak kelapa yang dikuasai
Perusahaan Mitsubishi.
Harga yang dipatok Penjajah Jepang pun
tidak tanggung-tanggung alias sangat keterlaluan, yaitu sebesar Rp 1,80 per
kaleng padahal harga pasaran biasanya sebesar Rp 6 sen saja. Mendengar
peraturan itu membuat Eka Tjipta merasa mati lemas seakan-akan tak berdaya
namun dia tidak menyerah.
Dia segera berusaha beralih untuk
menjajakan makanan Teng-Teng (makanan khas Makassar yang terbuat gula merah dan
kacang tanah), gula, wijen dan kembang gula dan akhirnya gagal juga disebabkan
harga-harga barang komoditi miliknya ikut jatuh.
Eka mulai mengalami masa-masa beratnya,
modalnya habis total sekaligus terlilit hutang yang sangat besar, ia pun
terpaksa menjual barang-barangnya, cincin kawin, 2 mobil Sedan, satu mobil Jeep
demi melunasi hutang-hutangnya.
Kemudian sekali lagi dia bangkit kembali,
dia berusaha meperdagangkan berbagai barang kebutuhan namun karena keadaan
politik kala itu (Tahun 1950) masih gonjang-ganjing apalagi diperparah dengan
terjadinya Pemberontakan PRRI/Permesta, kejadian itu menyebabkan seluruh
dagangannya dijarah habis oleh oknum-oknum pendukung Permesta.
Udara Segar Bisnis Eka di Masa Orde Baru
Dia pun berusaha bangkit kembali, saat
menyaksikan peralihan Orde Lama berganti Orde Baru pelan-pelan berhembuslah
angin segar bagi bisnisnya. Di Zaman Soeharto, gejolak politik benar-benar
terkontrol penuh dan sangat menekankan stabilitas keamanan umum.
Saat dirinya menginjak usia 53 tahun, Eka
Tjipta segera membangun Perusahaan Tjiwi Kimia untuk memproduksi 10.000 ton
kertas hingga sekarang telah melampaui 600.000 ton. Di kala usianya 57 tahun,
dia mulai merambah bisnisnya ke sektor perkebunan kelapa sawit dengan lahan
seluas 10 ribu hektar di Riau dan ketersediaan mesin dan pabrik yang
berkapasitas 60 ribu ton.
Beberapa tahun kemudian, dia segera
memperbesar portofolionya dengan meluaskan usahanya di sektor perkebunan teh
dengan membangun pabrik teh seluas 1.000 hektar berkapasitas 20 ribu ton. Di
kala usianya 59 tahun, ia membeli saham Bank Internasional Indonesia (BII) yang
saat itu hanya memiliki 2 cabang.
Selepas 12 tahun dikelola Eka, BII akhirnya
mampu melebarkan sayapnya menjadi 40 cabang dan berhasil meningkatkan asetnya
dari Rp 13 Miliar menjadi Rp 9,2 Triliyun. Saat usianya 61 tahun, Eka membeli
PT. Indah Kiat dari produksi pulp sebanyak 500.000 ton per tahun, setelah
dikelolanya selama 10 tahun, hasil produksinya seiring meningkat sampai 700.000
ton pulp per tahun.
Tidak lama kemudian, ia juga ingin menjajal
terjun ke dunia bisnis Real Estate dan hasilnya dia tercatat pernah membangun
Apartemen Green Vie di Roxy Jakarta, Apartemen Ambassador Kuningan, Mall ITC
Mangga Dua dan beberapa ruko beserta apartemen lengkap yang telah berintegrasi
langsung dengan pusat perdagangan.
Memang jiwanya sudah tertanam kuat dengan
dunia bisnis, seakan-akan hal itu baginya adalah hobi yang menyenangkan dan
menganggap membesarkan bisnis sama sepertinya bermain-main. Tipikal dirinya
yang selalu bertransformasi menjadi lebih baik dan lebih besar, merasa tidak
puas dengan apa yang dicapai dan tidak pantang menyerah tidak heran membuatnya
menjadi konglomerat paling kaya raya se-Indonesia.
Baca Juga :
- Kisah Sukses Bill Gates, Maniak Komputer Jadi Bos Microsoft di Dunia
- Kisah Sukses Sudono Salim, Kolega Soeharto yang Menduduki Jajaran Naga Asia
- Kisah Sukses Mochtar Riady, Pendiri Lippo yang Tak Pernah Kehabisan Ide
- Kisah Sukses Li Ka Shing, Sang Taipan Asal Hongkong Paling Kaya se-Asia Timur
Tips Berbisnis Eka Tjipta Widjaya
1. Jangan Menyerah
Pada Tahun 2000-2001, Sinar Mas Group alias
Perusahaan Eka Tjipta mengalami masalah keuangan yang sangat kritis dikarenakan
sektor bisnis inti mereka, dari harga kertas dan minyak kelapa sawit mengalami kejatuhan
dan utang mereka mencapai 11,5 Miliar USD atau sekitar Rp 103,5 Triliun (Kurs
Rp 9.000).
Eka Tjipta mampu melewati masa berat
tersebut dengan baik dan kini Sinar Mas Group tidak hanya menjadi jago kandang
saja, ternyata bisnisnya juga merambah dari Kanada, Amerika Serikat, Cina, Jepang,
Eropa, Asia Tenggara, dan Asia Selatan.
Sinar Mas Group mampu menjadi salah satu
raksasa properti di Negeri Tirai Bambu sekaligus juga bergerak di sektor perbankan
dan ritel. Di Beijing, Shanghai, dan Guangzhou, Sinar Mas Group juga
mengibarkan benderanya.
2. Berhati-hatilah menggunakan Uang
"Saya sungguh menyadari, saya bisa seperti sekarang karena Tuhan Maha Baik. Saya sangat percaya Tuhan dan selalu ingin menjadi hamba-Nya yang baik. Kalau hendak menjadi pengusaha besar, belajarlah mengendalikan uang. Jangan laba hanya Rp. 100, belanjanya Rp. 90 dan kalau untung cuma Rp. 200, jangan coba-coba belanja Rp. 210. Waahhh, itu cilaka betul,” pesan si konglemerat ini.
3. Kerja Keras
"Tiap memikirkan utang berikut bunganya yang demikian besar, saya tak berani menggunakan uang sembarangan. Ingin rehat (istirahat) itu susah, sebab waktu terkuras untuk bisnis. Terasa benar tak ada waktu menggunakan uang pribadi,"
4. Berbuat Baiklah
Eka Tjipta memang dikenal sebagai
konglomerat yang dermawan, ia telah mendonasikan uang yang sangat banyak yang
disalurkan dalam bentuk beasiswa.
Meski didirikan pada 2006, Eka Tjipta
Foundation (ETF) telah memberikan beasiswa yang sangat banyak, lebih dari 2018 Beasiswa
S1 telah diberikan oleh ETF bagi para mahasiswa berprestasi selama Tahun Akademik
2007/2008 dan 2008/2009 untuk studi di 30 Universitas Mitra ETF di seluruh
Indonesia.
ETF juga mendapatkan penghargaan Rekor MURI
(Museum Rekor Indonesia) karena jasanya dalam pengembangan pendidikan di
Indonesia. Para Mahasiswa S1 yang diberikan beasiswa dari ETF setelah lulus,
diwajibkan kembali ke daerahnya untuk membangun daerahnya.
ETF membuat program baru yaitu Program
Beasiswa Tjipta Pemuda Bangun Bangsa (TPBB). Dalam beasiswa ini, para penerima
yang memiliki prestasi nasional dibiayai untuk studi ke 10 perguruan tinggi
negeri ternama di Indonesia.
Bagi mereka yang mempunyai prestasi di
tingkat internasional akan dibiayai untuk studi di 15 universitas ternama dunia
dan bagi para penerima beasiswa diwajibkan untuk memanfaatkan ilmunya bagi
kebaikan dan kesejahteraan di tingkat nasional.
Semoga artikel di atas bisa membantu kamu terkait informasi yang sedang kamu cari, dan dapat menambah wawasan pengetahuan yang memenuhi asupanmu. Jika ada pertanyaan, silahkan ditulis pada kolom komentar di bawah ini.