Kisah Sukses Aristotle Onassis, Raja Kapal Yang Doyan Nikah
Nama Lengkap |
Aristoteles
Sokrates Onassis |
Tempat, Tanggal Lahir |
Karataş,
Izmir, Turki, 20 Januari 1906 |
Masa Kewafatan |
American Hospital of Paris,
Neuilly-sur-Seine, Perancis, 15 Maret 1975 |
Total Harta Kekayaan |
Mencapai
1,97 Miliar atau setara Rp 22,6 Triliun |
Jenjang Pendidikan |
Evangelical School of Smyrna |
Karir Perusahaan |
·
Pendiri
Maskapai Olympic Airways ·
Distributor
Komoditas Tembakau ·
Pebisnis
Rokok dan Kapal Niaga |
Aristoteles Onassis dilahirkan pada tanggal
20 Januari 1906 di Simyrna, sebuah kota Yunani Kuno di Pantai Barat Turki dan ia dikenal
dengan julukan Si Raja Kapal. Setelah kematiannya, ia meninggalkan harta
warisan yang sangat banyak.
Baru-baru ini, seorang cucu dari Aristotle
Onassis yang bernama Athina Onassis Roussel menjual sebuah pulau milik
keluarganya di Kepulauan Ionian, Yunani. Pulau Skorpios tersebut ditawarkan EUR
120 Juta (sekitar Rp 1,709 Triliun). Pulau ini dibangun pada Tahun 1960-an,
dengan 500 tenaga kerja dan 30 orang penjaga keamanan.
Athina yang lahir pada tanggal 29 Januari 1985 mewarisi kekayaan kakeknya, tak kurang dari EUR 2,5 Miliar (sekitar Rp 35,6 Triliun) berupa properti, saham, perusahaan, karya seni, dan pesawat jet pribadi. Para kaum konglomerat dunia, seperti Bill Gates dan penyanyi Madonna tampaknya tertarik untuk membeli Pulau Skorpios.
Baca Juga :
- Kisah Sukses Soichiro Honda, Berawal Pecinta Deru Mesin Mobil Sampai Jadi Pendiri Motor Honda
- Kisah Sukses Thomas Alva Edison, Penemu Lampu Pijar Merangkap Jadi Konglomerat
- Kisah Sukses Warren Buffet, Mahaguru Para Investor Terbesar di Dunia
Pulau Skorpios dikenal sangat indah, di
sanalah Aristotle Onassis menikah dengan Jacquline Kennedy (mantan istri presiden
Amerika, JF. Kennedy). Setelah Onassis meninggal, ia dimakamkan di Pulau
Skorpios.
Sebelum karirnya dimulai, ternyata Onassis
adalah murid yang suka bikin ulah dan onar di sekolah, sehingga gurunya tampak tidak
menyukai perangainya, tetapi beberapa temannya menganggap ia adalah pahlawan.
Saat berusia 17 tahun, Onassis memutuskan
untuk pergi ke Amerika, karena hubungan dirinya bersama ayahnya nampak tidak
harmonis dan kegagalan yang dialaminya selama bersekolah. Dengan bekal seadanya,
ia nekad melancong ke Amerika.
Menurutnya, ia bertekad menunjukkan kepada
ayahnya bahwa ia bisa berhasil tanpa membutuhkan bantuan keluarganya. Ia mengaku
dirinya pernah merasakan sakit hati karena mendapat kurang perhatian dari
ayahnya.
Selepas tiba di Amerika, Onassis menjajal
bekerja sebagai buruh kasar, tukang batu, kuli angkut, serta tukang cuci dan
pekerjaaan ia lakoni yang agak lumayan adalah magang di Bagian Instalator
Listrik, River Plate United Telepchone Co.
Setelah berselang lama, ia berpikir bahwa
ia tidak mau menghabiskan seluruh hidupnya hanya menjadi buruh kasar. Waktu
itu, pasokan tembakau di Amerika selalu kurang dan tidak begitu bagus, akhirnya
ia mencium bau peluang bisnis dari situ. Onassis langsung mengirim surat kepada
ayahnya untuk mengirimkan sampel tembakau asal Yunani yang terkenal dengan
kualitas terbaik.
Kemudian, ia membawa sampelnya ke beberapa
industri pabrik dan menawarkannya sambil meminta untuk dihubungi jika berminat.
Namun, sayangnya tidak ada satu pun yang berminat dan menghubunginya.
Merenungi kegagalannya, Onassis segera mengubah
strateginya dengan mencoba langsung menghubungi pabrik-pabrik besar, setidaknya
ini lebih baik dibandingkan dengan pabrik-pabrik kecil dengan modal kecil.
Namun ada sebuah kendala yang harus dia
hadapi, ia tidak punya relasi terhadap bos-bos perusahaan besar. Dengan akal
cerdik, ia lantas mencari info terlebih dahulu terkait orang-orang kaya yang dirasa
siap membeli produknya. Setelah menemukan profil bos perusahaan yang cocok bernama
Gaona, ia segera menunggu di jalan lintas yang biasa dilewati oleh Gaona dan
selalu melambaikan tangannya setiap ia lewat.
Tentu saja, hal itu membuat bos besar menjadi
penasaran dan segera mengundangnya ke kantor. Tanpa melewatkan kesempatan itu,
Onassis segera menawarkan kepadanya sampel tembakau terbaik yang berasal dari
kampung halamannya.
Dia berusaha membujuk Gaona dengan mengatakan,
dia tidak perlu membayar sepeser pun jika dirasa produknya itu jelek. Gaona rupanya
terkesan dengan perjuangan Onassis dan segera menyuruhnya untuk menghadap
Manager Persediaan milik perusahaannya.
Dengan mencatut nama Gaona, Onassis
ternyata berhasil membujuk orang itu untuk menandatangani kontrak yang disepakati
terhadap pembelian Tembakau seharga 10.000 USD dengan komisi biasa 5 %. Onassis
berpikir, komisi yang ia dapati sebanyak 500 USD itu dapat menjadi modal awal
bagi bisnisnya dan hasil komisi tersebut perlahan-lahan ditabung begitu juga upah
kerja lemburnya.
Soal keuangan, ia adalah orang yang bertipikal
hemat dan ketat sekali mengatur pengeluaran tidak boleh lebih besar daripada
pendapatan. Beberapa tahun kemudian setelah uang tabungannya terkumpul, akhirnya
ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan terjun ke bisnis pertamanya
yaitu mendirikan pabrik rokok dengan modal 25.000 USD dari hasil tabungannya
dan tambahan kredit bank.
Bisnis Onassis perlahan-lahan mulai
berkembang dengan jumlah karyawan yang semakin bertambah, namun ada masalah serius
yang ia hadapi dalam perusahaan rokoknya, yaitu omzet perusahaan yang semakin membesar
tetapi keuntungannya tidak seperti apa yang diharapkan. Setelah dipertimbangkan
secara matang, ia memilih untuk menutup usahanya.
Saat berusia 26 tahun, Onassis menggunakan semua
uangnya untuk terjun ke dunia bisnis kapal. Waktu itu, terjadi kejatuhan pasar
modal di Wall Street sehingga menjadikan harga kapal-kapal terjun bebas (murah),
yang awalnya seharga 1.000.000 USD, kini dijual dengan harga 20.000 USD. Kesempatan
emas ini tentunya tidak mau dilewatkan begitu saja oleh Onassis.
Setelah Onassis berhasil membeli 2 buah kapal tua masing-masing seharga 20 ribu USD di Montreal, kedua buah kapal itu diganti namanya menjadi Onassis Socrates dan Onassis Penelope, sebagai tanda penghormatan kepada kedua orang tuanya.
Untuk mendapatkan keuntungan dalam bisnis kapalnya, ia belajar memperhatikan naik-turunnya biaya muatan dan melahirkan keputusan yang tepat. Setelah dia mampu menguasai skema ini, ternyata hal itu membuat dirinya menjadi tipikal pendengar yang baik.
Baca Juga :
- Kisah Sukses Thomas Alva Edison, Penemu Lampu Pijar Merangkap Jadi Konglomerat
- Kisah Sukses Warren Buffet, Mahaguru Para Investor Terbesar di Dunia
Karena tipikal itulah, banyak orang yang
merasa kagum dengannya karena sosok yang penuh perhatian kepada lawan bicara
dan kesabarannya dalam mendengarkan orang lain, sehingga banyak orang yang menjadi
relasinya dan ia semakin dikenal oleh banyak orang. Seiring waktu, akhirnya
bisnis kapal Onassis semakin melambung keuntungannya dan dia menjadi orang yang
sangat kaya raya.
Semoga artikel di atas bisa membantu kamu
terkait informasi yang sedang kamu cari, dan dapat menambah wawasan pengetahuan
yang memenuhi asupanmu. Jika ada pertanyaan, silahkan ditulis pada kolom
komentar di bawah ini.