Kisah Nabi Yusuf – Tampan dan Pentakwil Mimpi
Mimpi Nabi Yusuf
Yusuf adalah putra Nabi Ya'qub yang berasal
dari kandungan ibunya yang bernama Rahil. Di antara 12 orang anak-anak Ya'qub,
Yusuf dan Bunyamin-lah yang paling dicintai, Hal ini tentunya menimbulkan iri
hati saudara-saudaranya yang lain.
Yusuf memiliki wajahnya yang sangat tampan,
lebih tampan dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain. Bentuk tubuhnya
sangat bagus, terlebih lagi setelah
ibunya (Rahil) meninggal dunia sewaktu melahirkan Bunyamin, maka ia makin disayang
oleh ayahnya.
Pada suatu malam, ia bermimpi. la melihat
sebelas bintang, bulan dan matahari bersujud kepadanya. Esok harinya, ia
ceritakan hal itu kepada ayahnya.
"Sebelas bintang adalah saudara-saudaramu, matahari adalah ayahmu, bulan adalah ibumu. Semua akan menghormatimu. Kelak kau akan menjadi orang besar, maka jangan sampai saudara-saudaramu tahu. Jika saudaramu tahu, niscaya mereka akan mencelakakanmu."
Namun, tanpa sepengetahuan Yusuf dan
ayahnya ternyata salah seorang saudaranya mengetahui pembicaraan ayahnya itu. Sejak
saat itu, mereka makin membenci Yusuf dan selalu berusaha mencelakakannya.
Pada suatu hari, mereka meminta izin kepada
Nabi Ya'qub untuk mengajak Yusuf ikut berburu binatang. Mula-mulanya, Nabi
Ya'qub tidak mengijinkan, tapi setelah mereka menunjukkan kesanggupannya
menjaga Yusuf dari marabahaya, maka Nabi Ya'qub tidak melarangnya lagi. Yusuf
boleh ikut berburu, sedangkan tinggal Bunyamin yang menemani Nabi Ya'qub di
rumah.
Di tengah hutan, setelah berburu tiba-tiba
mereka menangkap Yusuf.
"Hei, mau kalian apakan aku ini ?"
protes Yusuf.
"Diam!" bentak salah seorang
kakaknya.
Mereka hendak membunuh Yusuf, namun tidak
sampai hati. Salah seorang mengusulkan agar dimasukkan saja ke dalam sumur. Pasti
ada kafilah (rombongan) para pedagang yang akan mengambilnya dan Yusuf pasti
akan dijual sebagai budak. Dengan demikian, Yusuf tersingkir dari keluarga
Ya'qub.
Usul itu pun disetujui, demikianlah Yusuf
yang masih kecil tak berdaya ketika saudara-saudaranya yang lebih besar
memasukkannya ke dalam sumur. Sebelumnya baju Yusuf telah dilepas, Mereka segera
langsung membunuh hewan, darahnya ditumpahkan ke baju Yusuf. Setelah pulang,
mereka berkata bahwa Yusuf telah dimakan serigala hingga bajunya berlumuran
darah.
Nabi Ya'qub sangat sedih mendengar hal itu.
Demikian karena sangat berlarut dalam kesedihannya, sehingga selalu menangis
dan matanya menjadi buta.
Menjadi Budak Belian
Tidak berapa lama Yusuf di dalam sumur, ada
serombongan kafilah yang hendak mengambil air. Mereka menemukan Yusuf. Maka,
Yusuf dibawa sebagai tawanan, mereka akan menjualnya di Negeri Mesir. Sesampai
di Mesir, Yusuf benar-benar dijual sebagai budak. Pembelinya adalah seorang menteri kerajaan yang bernama Qitfir. Kemudian, menteri tersebut menyerahkan
Yusuf kepada istrinya yaitu Zulaikha.
Qitfir dan Zulaikha sayangnya tidak
mempunyai anak. Mereka bermaksud menjadikan Yusuf sebagai anak angkatnya. Kini,
Yusuf hidup di lingkungan Istana Kerajaan Mesir. Makin lama makin tampaklah
bahwa Yusuf seorang pemuda yang tampan dan cerdas. Zulaikha kemudian
mengangkatnya sebagai kepala pelayan di istana.
Zulaikha Tergoda Ketampanan Yusuf
Sebagai pemuda yang tampan dan ramah, Yusuf
telah menarik perhatian Zulaikha. Akan tetapi, bukan sebagai ibu dan anak, namun
Zulaikha tertarik kepada Yusuf sebagai seorang wanita kepada lelaki dewasa yang
dibutakan akan hawa nafsu.
Pada suatu hari di saat suaminya sudah pergi,
Zulaikha segera mengenakan pakaiannya yang terbaik, bau parfum tersebar di
seluruh tubuhnya. la menghampiri Yusuf di kamarnya. Yusuf berdebar kencang saat
melihat penampilan Zulaikha yang lain dari biasanya. Begitu menyolok dan
merangsang terhadap penampilannya.
Berkatalah Zulaikha kepada Yusuf :
"Marilah Yusuf, seluruh jiwa dan ragaku kuserahkan kepadamu."
Yusuf sebenarnya hampir saja tergoda, namun
ia segera ingat kepada Tuhan. Ia pun berkata : "Aku berlindung kepada Allah
dari perbuatan maksiat ini. Bagaimanakah aku akan melakukan perbuatan ini,
sedangkan suamimu adalah Tuanku yang telah memuliakan dan berbuat baik kepadaku.
Tentulah sangat tidak patut jika suatu kebaikan dibalas dengan penghinaan."
Akan tetapi, hati dan pikiran Zulaikha
telah dikuasai nafsu dan tergoda oleh bujukan Iblis. Ia tak menghiraukan
peringatan Yusuf. "Yusuf," desah Zulaikha sambil menghambur dan
memeluk Yusuf dengan erat-erat. "Tidak seorang pun melihat kita. Tidak ada
yang mengetahui perbuatan kita.”
"Allah mengetahuinya !" jawab
Yusuf sambil berontak melepaskan diri. Buru-buru, ia melarikan diri dari dalam
kamar. Zulaikha mengejar dan berhasil memegang baju belakang Yusuf. Ia berharap
Yusuf akan berhenti dan mau melayaninya. Tetapi, Yusuf terus berlari hingga
bajunya robęk di bagian belakang.
Di saat demikian, tiba-tiba Kitfir datang
dan kaget melihat apa yang sudah terjadi. Zulaikha segera menghampiri suaminya sambil
berkata : "Yusuf hendak memaksaku melakukan perbuatan mesum.”
“Tidak !" sahut Yusuf. "Dialah
yang hendak memaksa saya untuk melakukan perbuatan keji itu.”
Terjadilah saling tuduh menuduh. Di saat
demikian, datanglah tetangga dekat sekaligus sebagai penengah. Berkata tetangga
itu : “Kita lihat saja, jika baju Yusuf robek di bagian depan berarti dia hendak
memaksa Zulaikha berbuat mesum. Jika bajunya robek di bagian belakang itu
pertanda Zulaikha yang memaksa Yusuf berbuat maksiat."
Kitfir memeriksa dan ternyata baju Yusuf
robek di bagian belakang. Betapa malunya seorang pembesar Kerajaan Mesir itu
karena ternyata istrinya sendiri yang telah berbuat salah. Kitfir menghampiri
Yusuf dan berkata :
"Rahasiakanlah peristiwa ini, simpan baik-baik, jangan ada orang yang tahu. Dan, kamu Zulaikha mohonlah ampun kepada Tuhanmu atas dosa yang telah kau lakukan. Bertaubatlah kepada-Nya dengan taubat yang sebenar-benarnya.”
Mereka Terpesona
Walau sudah diusahakan agar tidak bocor hal
yang memalukan tersebut tetapi peristiwa Zulaikha dengan anak angkatnya itu
akhirnya terdengar juga oleh tetangga yang bersebelahan dengannya. Para wanita
baik tua maupun muda sama-sama mempergunjingkannya.
Zulaikha merasa malu. Di dalam hati, ia
berkata : "Mereka belum pernah melihat Yusuf, karena selama ini Yusuf
selalu berada di dalam rumah. Coba andaikata, mereka sudah melihatnya. Pasti
lebih tergila-gila lagi daripada aku."
Pada suatu hari, Zulaikha mengundang para
wanita yang telah mempergunjingkannya. Setiap wanita yang datang diberi buah-buahan
dan sebilah pisau yang tajam untuk mengupas buah-buahan yang dihidangkan itu.
Di saat para wanita itu asyik mengupas buah
dengan pisau di tangannya, Zulaikha memerintahkan pelayan untuk memanggil Yusuf
agar berjalan di ruang tamu. Semua orang terbelalak kagum, ketika melihat
penampilan Yusuf yang ganteng dan tampan itu. Semua tercengang dan sejenak :
"Inilah pemuda yang kalian gunjingkan. Ternyata kalian juga mengagumi kegantengannya sehingga tanpa sadar bahwa kalian telah mengupas kulit tangan kalian sendiri." kata Zulaikha dengan hati puas.
Yusuf segera masuk ke dalam. Pada saat
itulah, para wanita tadi baru tersadar bahwa yang mereka kupas bukan buah yang dipegangnya
tapi tangan mereka sendiri yang menjadikan darah mereka bercucuran, dan suasana
menjadi panik. Dengan tersipu malu, mereka segera kembali pulang ke rumah
masing-masing.
Namun, isu tentang Zulaikha dan Yusuf masih
terus merebak ke seluruh penjuru. Para wanita masih mempergunjingkannya. Untuk menutupi
rasa malunya, maka Kitfir akhirnya memasukkan Yusuf ke dalam penjara. Hal ini
dilakukan secara terpaksa bahwa meskipun Yusuf benar dan Zulaikha yang bersalah
namun tetap saja Yusuf yang masuk penjara.
Yusuf Dipenjara
Memang tak ada jalan lain bagi Kitfir,
Yusuf harus dipenjara. Jika tidak, Zulaikha akan terus tergoda dan siapa tahu lama-kelamaan
Yusuf bisa saja tidak mampu mempertahankan kesuciannya. Berawal dari pemikiran
inilah, Kitfir memutuskan untuk menjebloskan Yusuf ke dalam jeruji besi
disertai doa permintaan Yusuf kepada Tuhannya supaya dapat terhindar dari
fitnah dan tipu daya yang keji yang pada akhirnya terkabul.
Di dalam penjara, ada dua orang pelayan
raja, yang pertama bernama Nabo sebagai mantan kepala bagian minuman, sedangkan
yang kedua bernama Malhab sebagai mantan kepala bagian makanan dan kue-kue.
Keduanya dituduh hendak membunuh raja dengan menaruh racun dalam makanan dan minuman.
Di dalam penjara, Yusuf mengajak kedua
orang itu untuk bertaubat, dan senantiasa beribadah hanya kepada Allah saja. Pada
suatu hari, Nabo menceritakan mimpinya kepada Yusuf : "Aku bermimpi
memeras anggur yang akan kujadikan khamar."
Nabo minta Yusuf mengartikan mimpinya itu.
Dengan tenang dan yakin, Yusuf menerangkan arti mimpi Nabo : "Bergembiralah
kau Nabo. Sebentar lagi, kau akan dibebaskan dari penjara. Kau akan diterima
lagi sebagai kepala bagian minuman Raja karena tuduhan terhadapmu tidak
terbukti."
Mendengar hal itu, Malhab juga ikut menceritakan
mimpinya, dan minta Yusuf mengartikannya : "Aku telah bermimpi membawa kue
di atas kepalaku, ketika itulah seekor burung datang memakan kue itu."
"Sayang sekali Malhab,” kata Yusuf. “Kau
akan mengalami nasib buruk. tuduhan terhadapmu sudah terbukti. Raja akan
menghukum kau sampai mati di tiang salib. Mayatmu akan dimakan burung buas mulai
dari kepalamu."
Beberapa hari kemudian, tafsir mimpi itu
terbukti kebenarannya. Nabo dibebaskan dari tuduhan dan diperbolehkan bekerja
di istana lagi. Sedangkan, Malhab dihukum mati karena terbukti kesalahannya
hendak meracuni sang raja.
Sebelum keluar dari penjara, Yusuf telah
berpesan kepada Nabo agar menyampaikan keadaannya di dalam penjara. Ia ingin
raja untuk meninjau kembali keputusannya karena sesungguhnya ia tidak bersalah,
justru Zulaikhalah yang bersalah demi membersihkan nama baiknya.
Namun, setan membuat Nabo jadi lupa
sehingga Yusuf tetap berada di dalam penjara selama beberapa tahun lagi.
Menafsirkan Mimpi Raja
Pada suatu hari, Raja Mesir memanggil semua
penasihat dan tukang ramalnya. Tadi malam, sang Raja bermimpi melihat tujuh ekor
lembu kurus memakan tujuh ekor lembu yang gemuk-gemuk, dan melihat tujuh
tangkai gandum yang hijau dan tujuh tangkai gandum kering.
Para penasihat, dukun, dan tukang ramal
diperintahkan untuk mengartikan mimpi sang Raja. Namun, tidak ada seorang pun
yang mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Raja sangat kecewa. Untunglah,
Nabo ingat akan kepandaian Yusuf sewaktu dia masih berada di penjara, ia mengatakan
hal itu kepada Raja bahwa ada seorang pemuda yang pandai mengartikan mimpi dengan
tepat.
Lalu, Raja mengutus Nabo untuk menemui
Yusuf di penjara dan meminta kepada Yusuf agar mau mengartikan mimpi tersebut. Yusuf
bukan hanya bersedia mengartikan mimpi tersebut. Ia malah menerangkan jalan
keluar dari arti mimpi sang Raja itu.
Berkata Yusuf : "Mesir akan mengalami
masa subur selama tujuh tahun dan mengalami paceklik selama tujuh tahun. Oleh karena
itu, hasil panen selama tujuh tahun di masa subur harus disimpan baik-baik,
jangan dihambur-hamburkan untuk persediaan tujuh tahun masa paceklik."
Nabo kembali menghadap raja. Setelah
disampaikan arti mimpi itu, sang Raja merasa senang. Di saat itulah, Nabo menyampaikan
pesan Yusuf agar sang Raja mau mengadili Yusuf dengan seadil-adilnya karena
sesungguhnya ia tidak bersalah.
Perkara Yusuf pun diselidiki dan setelah
terbukti, ia tidak bersalah dan sang Raja membebaskannya dari penjara.
Menjadi Menteri Ekonomi Kerajaan Mesir
Setelah sang Raja mengetahui kebenaran dan
kesucian Yusuf, ia makin tertarik. Terlebih setelah diketahuinya, bahwa Yusuf
itu orang yang cerdas sehingga mampu memberikan jalan keluar persoalan ekonomi Kerajaan
Mesir, maka sang Raja akhirnya memanggil Yusuf untuk diangkat sebagai Menteri
Ekonomi.
Yusuf-lah yang mengepalai Perbendaharaan Negara.
Ia menjadi kepala gudang agar dapat menanggulangi keserakahan para pejabat dalam
urusan tindak korupsi dan penindasan mereka terhadap rakyat kecil terutama jika
nanti tiba musim paceklik.
Ketika Masa Paceklik Tiba
Apa yang diucapkan Yusuf menjadi kenyataan.
Sesudah berlangsung masa subur selama 7 tahun, maka datanglah masa paceklik. Masa
paceklik itu juga melanda daerah Palestina, tempat tinggal Nabi Ya'qub dan saudara-saudara
Yusuf.
Negeri Palestina yang tidak tahu menahu
bakal datangnya kemarau panjang itu, tentu mengalami kepanikan dan kebingungan.
Rakyat sekitarnya juga banyak yang menderita kelaparan.
Dia mendengar di Negeri Mesir banyak tersedia
bahan makanan dan boleh ditukar dengen emas oleh umum, akhirnya anak-anak Nabi
Ya'qub memutuskan untuk bermaksud pergi ke Mesir. Pada waktu itu, Bunyamin
tidak ikut serta.
Sewaktu mereka tiba di Mesir dan menukarkan
emasnya dengan gandum, mereka sama sekali tak mengira bahwa Kepala Gudang Perbendaharaan
Negeri Mesir adalah Yusuf itu adalah saudara mereka sendiri. Yusuf mengetahui
mereka namun pura-pura tidak mengenalnya dan dia segera memperlakukan mereka
sebagai tamu terhormat.
Mereka dijamu dengan makanan yang
lezat-lezat. Mereka juga diberi bekal perjalanan pulang. Ketika mereka
bersiap-siap hendak pulang ke Palestina, Yusuf berkata kepada mereka :
"Bawalah saudaramu yang seayah (maksudnya Bunyamin). Jika tidak kamu bawa,
lain kali kalian tidak akan kuperbolehkan masuk Negeri Mesir dan tidak boleh membeli
bahan makanan di sini."
Mereka kaget mendengar ucapan sang menteri.
Tak disangka, seorang menteri mengetahui bahwa mereka masih mempunyai saudara lagi
yaitu Bunyamin.
Bunyamin Bertemu Yusuf
Ketika mereka telah tiba di rumahnya dan segera
membuka karung gandum. Mereka terkejut bahwa tenyata emas-emas yang mereka
tukarkan berada di dalam karung bersama gandum. Mereka heran dan segera
melaporkan kepada Nabi Ya'qub.
“Sungguh aneh ?” gumam Nabi Ya’qub.
Ketika mereka mengatakan keinginan Menteri
Ekonomi agar mereka mau membawa Bunyamin ke Mesir, Nabi Ya'qub langsung
menolak. Ia khawatir kalau Bunyamin akan mengalami nasib yang sama seperti kakak
kandungnya (Yusuf) dahulu.
“Jika kami tidak boleh membawa Bunyamin, maka
kami tidak boleh memasuki Negeri Mesir dan tidak boleh membeli bahan makanan
lagi." ujar mereka sambil mendesak.
Nabi Ya'qub tetap saja tidak memperbolehkan
Bunyamin dibawa pergi. Rasa trauma atas kehilangan Yusuf masih menghantui
dirinya. Namun, ketika persediaan bahan makanan semakin menipis, maka tak ada
yang bisa dilakukan melainkan mereka harus pergi ke Mesir lagi.
“Bersumpahlah atas nama Tuhan," kata
Nabi Ya'qub, "Bahwa jika terjadi sesuatu, kalian harus membelanya sampai
titik darah yang terakhir.”
Mereka serentak menyatakan kesediaannya
untuk melindungi Bunyamin dan bersumpah atas nama Allah akan membela dan
membawa Bunyamin kembali. Demikianlah, untuk kali yang keduanya mereka akan
pergi ke Mesir.
Yusuf sebenarnya tak kuat menahan diri sambil
menunggu begitu saja melihat saudara-saudaranya datang membawa Bunyamin. Ia ingin
segera memeluk Bunyamin erat-erat karena sudah lama tidak bertemu dengan adik
kandungnya itu. Namun untuk sementara ini, ia tidak ingin saudara-saudaranya
yang lain tahu bahwa ia adalah Yusuf yang pernah mereka buang ke dalam sumur.
Ia mencari cara/taktik agar Bunyamin dapat
tinggal di istana, supaya ia tidak ikut pulang ke Palestina. Maka, Yusuf langsung
meletakkan piala raja yang terbuat dari emas di karung milik Bunyamin.
Untuk
sementara, Yusuf membiarkan saudara-saudaranya berjalan ke luar kota. Namun
tidak lama kemudian, ia memerintahkan prajurit untuk menyusul rombongan
saudara-saudaranya itu.
Mereka terkejut ketika serombongan prajurit
menyusul dan memintanya berhenti.
"Raja kami kehilangan piala yang
terbuat dari emas. Apakah kalian mengetahuinya. Siapa yang menemukan piala itu
akan diberi hadiah gandum satu tunggangan onta.” Kata salah satu prajurit.
"Kami datang ke Mesir bukan untuk
membawa kerusuhan. Dan, kami bukanlah termasuk orang-orang yang mencuri."
Para prajurit berkata : "Apakah
hukuman bagi orang yang melakukan pencurian itu ?”
"Hukumannya adalah menjadi budak.
Itulah tebusan dari perbuatannya," jawab saudara-saudara Yusuf.
Kemudian, prajurit itu menggeledah tiap
karung dari saudara-saudara Yusuf. Tiba-tiba, mereka menemukannya di dalam karung
Bunyamin. Tanpa kompromi lagi, Bunyamin dibawa menghadap Menteri Perekonomian
yaitu Yusuf.
Saudara-saudara Bunyamin yang lain
diperbolehkan pulang. Yahudza tak ikut pulang, ia merasa malu kepada ayahnya
karena ia telah berjanji melindungi Bunyamin dari segala marabahaya, kenyataannya
Bunyamin sekarang tak bisa ia bawa pulang.
Yahudza bersumpah, tidak akan pulang sebelum
membawa Bunyamin atau ayahnya sendiri yang memanggilnya pulang. Sementara itu,
Bunyamin gemetar saat dihadapkan kepada Menteri Ekonomi Mesir.
Baru kali ini, ia berhadapan dengan pejabat
tinggi di istana kerajaan. Wajahnya pucat pasi, tapi hal itu tak berlangsung
lama karena Yusuf segera memeluknya dan mengatakan siapa diri yang sebenarnya Sang
Menteri Ekonomi itu.
Pertemuan kakak-beradik itu benar-benar
mengharukan, Bunyamin menangis terisak-isak. Ia segera menceritakan nasib ayahnya
di Palestina. Betapa menderitanya sang ayah sejak ditinggal Yusuf, setiap hari
ayahnya menangis sampai matanya menjadi putih dan tak dapat melihat lagi.
Impian Itu Menjadi Kenyataan
Begitu mengétahui 9 orang anaknya pulang tanpa
membawa Bunyamin, Nabi Ya'qub merasa sangat terpukul sekali jiwanya. Ia
benar-benar sedih, dia sudah ditimpa musibah kehilangan Yusuf kini Bunyamin dijadikan
budak oleh penguasa Negeri Mesir.
Dari hari ke hari tampak nian kesedihan
Nabi Ya'qub. Kini, ia lebih suka menyendiri di mihrabnya (tempat ibadah). Hanya
kepada Tuhan-lah, tempat mengadu dan berkeluh kesah.
Pada suatu hari, ia mendapat ilham bahwa
Yusuf itu masih hidup dan tak lama lagi, ia akan berjumpa dengan anak yang sangat
dicintainya itu.
Kemudian, Nabi Ya'qub memerintahkan
anak-anaknya mengembara ke Mesir : "Carilah kabar tentang Yusuf di Mesir
dan berusahalah membebaskan Bunyamin agar dapat pulang."
Karena tak sampai hati mereka melihat
penderitaan ayahnya, anak-anak Nabi Ya'qub itu akhirnya pergi ke Mesir lagi.
Mereka langsung menghadap Menteri Ekonomi. Di samping hendak minta bantuan bahan
makanan, mereka juga meminta agar Penguasa Mesir mau membebaskan Bunyamin.
"Ayah kami sangat bersedih sejak
kehilangan Yusuf. Terlebih setelah Bunyamin juga tak dapat kembali pulang. Kami
benar-benar mengharap belas kasih Paduka agar mau membebaskan Bunyamin, sehingga
dapat mengurangi penderitaan ayah kami."
Akhirnya, Yusuf tak sampai hati mendengar
penuturan saudara-saudaranya tentang ayahnya yang menderita. Sambil tersenyum,
ia berkata : "Masih ingatkah kalian kepada saudaramu Yusuf, yang kalian
lemparkan ke dalam sumur tanpa belas kasih. Kalian meninggalkannya seorang diri
seperti barang yang tak berharga. Tak kalian hiraukan ratap tangisnya dan
kalian terus saja pulang tanpa merasa bersalah."
Mendengar ucapan sang Menteri, mereka
sangat terkejut. Bagaimana mungkin menteri itu bisa mengetahui perkara rahasia
yang tak pernah mereka bocorkan sebelumnya kepada siapa pun. Mereka saling
pandang, dan perlahan-lahan mereka mulai mengamati wajah sang Menteri.
Senyumnya, wajahnya, bentuk tubuhnya dari ujung
atas hingga ujung bawah. Dan, akhirnya hampir berbarengan mereka berucap : “Engkau
Yusuf !"
"Iya, benar !" jawab Yusuf.
"Akulah Yusuf dan inilah adikku Bunyamin. Allah dengan Rahmat-Nya telah mengakhiri penderitaanku dari ujian berat yang telah kualami. Dan, dengan Rahmat-Nya pula kami dikaruniai rezeki berlimpah-ruah dan penghidupan yang sejahtera. Demikianlah, barang siapa yang bersabar, bertaqwa dan bertawakkal tidaklah akan luput dari pahala dan ganjaran-Nya.”
Saudara-saudara Yusuf gemetar mendengar
pengakuan itu. Terbayang kembali, perbuatan mereka saat memasukkan Yusuf ke dalam
sumur. Mereka khawatir bila Yusuf membalas dendam. Tetapi, dia Yusuf ternyata
bukanlah orang yang pendendam. Mereka dimaafkan dan menyerahkan baju gamisnya (sewaktu
dia masih kecil) kepada saudara-saudaranya.
"Usapkanlah baju ini pada kedua belah
mata ayah, Insya Allah beliau dapat melihat kembali. Kemudian, ajaklah ayah dan
ibu ke Mesir secepatnya. Aku sudah tak sabar lagi untuk bertemu.”
Demikianlah, setelah mereka datang di Palestina.
Baju Gamis Yusuf segera diusapkan di kedua belah mata ayahnya. Atas Kehendak
Allah, Nabi Ya'qub yang buta bisa melihat kembali. Nabi Ya’qub dan keluarganya
kemudian pindah ke Mesir untuk memenuhi permintaan Yusuf.
Kini lengkaplah sudah kebahagiaan Yusuf
karena dapat berkumpul dengan seluruh keluarganya. Yusuf menaikkan ayah dan ibu
(tiri)-nya ke singgasananya. Apa yang pernah diimpikannya dulu sekarang menjadi
kenyataan.