Legenda Si Magnus – Sang Raksasa Penghuni Perut Bumi
Jauh di dalam perut Bumi, banyak terdapat
gua-gua raksasa. Sinar matahari tak dapat menembus sampai ke sana. Namun, di
sana ada kehidupan. Katanya, mereka itu di antara lain seperti peri-peri,
orang-orang kerdil, dan juga raksasa.
Magnus, adalah raksasa yang tinggal dalam
gua batu, jauh di dalam perut bumi. Ia menguasai dan memerintah orang-orang
kerdil yang ahli membuat perhiasan dari batu-batu mulia yang banyak ditemukan
di wilayah kerajaannya.
Istana Magnus sangat indah. Para seniman
kerdil membuat lampu-lampu dari permata delima dilapisi emas. Perak diukir
untuk hiasan dinding istana. Pakaian Magnus ditenun dari serat-serat emas dan
perak.
Magnus sendiri tak pernah bekerja. Dia berkuasa
yang memerintah orang-orang kerdil untuk bekerja keras dan melayaninya. Orang-orang
kerdil untuk bekerja keras dan melayaninya. Orang-orang kerdil itu tak berani menentang
Magnus, sebab ia sangat kuat dan perkasa.
Meskipun demikian, Magnus memiliki hati
yang baik. Sehingga, orang-orang kerdil itu berpikir, lebih baik bekerja untuk
Magnus daripada mendapat majikan lain yang mungkin lebih kejam.
Beratus-ratus tahun yang lalu, Magnus pernah
diajak oleh pamannya pergi ke permukaan bumi dan melihat pemandangan yang indah
di atas sana. Itu terjadi sebelum musibah Air Bah di Zaman Nabi Nuh. Waktu itu
bumi masih asli, belum banyak orang seperti sekarang. Magnus sangat senang
menikmati sinar matahari dan merasakan tiupan angin yang sepoi-sepoi.
Sekarang, tiba-tiba Magnus ingin kembali
pergi melihat pemukaan bumi. Kali ini, dia tidak pergi bersama pamannya. Dia mengajak
seorang kerdil ke atas untuk menemaninya berlibur.
Lewat lorong-lorong yang berliku-liku,
mereka memanjat, dan sampai akhirnya mencapai ke permukaan bumi lewat sebuah
gua di puncak gunung yang tinggi dan sunyi.
Namun, alangkah terkejutnya Magnus saat dia
melihat alam sudah mulai berubah. Permukaan bumi sudah banyak sekali
perubahannya. Kambing dan domba sedang asyik merumput di perbukitan. Berhektar-hektar
hutan telah berubah menjadi tanah-tanah pertanian.
Di sana-sini, banyak terlihat desa dengan
sekelompok rumah dan menara yang menjulang ke angkasa. Dari kejauhan, Magnus
bisa melihat suasana kota dan semua kesibukan penduduknya.
“Siapa yang telah merubah semua ini ?”
tanya Magnus pada dirinya sendiri.
Temannya, orang kerdil itu menunjuk ke arah
manusia yang sedang sibuk nan ramai di jalanan. “Makhluk itu, yang lebih kecil
dari anda tetapi lebih besar dariku. Tentu, pastilah mereka yang telah merubah
dunia dengan semua ini,” ujar si kerdil.
Magnus sangat tertarik untuk menyelidiki
manusia, makhluk yang dianggapnya telah membuat begitu banyak perubahan.
“Aku akan mendekati mereka dengan menyamar
menjadi manusia, dan hidup bersama mereka untuk beberapa waktu,” katanya kepada
pelayan. “Kembalilah kau ke perut bumi dan katakan bahwa aku akan pergi selama
beberapa lama.”
Seperti biasa, orang kerdil itu selalu taat
pada Magnus. Dengan kesaktiannya, Magnus mengubah dirinya menjadi manusia
biasa, lalu berjalan ke arah desa yang terdekat. Dia menemui seorang petani,
yang kemudian menjadikannya buruh di tanah pertaniannya.
Dari pagi buta sampai senja, Magnus harus
bekerja keras. Ketika ia baru saja beristirahat sebentar, majikannya sudah
membentak-bentak dirinya.
Majikan Magnus tinggal di sebuah rumah yang
cukup besar, sementara Magnus harus tidur beralaskan jerami di pondok yang
sempit. Jika waktu makan tiba, majikannya lah yang harus pertama-tama dilayani.
Kadang-kadang, Magnus hanya makan sisanya.
Magnus ingat, ia belum pernah memperlakukan
pelayannya seburuk itu. Dan menurutnya, dirinya adalah majikan yang baik.
“Aku mau pindah saja,” pikirnya.
Kemudian, Magnus bekerja pada seorang
peternak sapi. Di sini pun, dia hanya mendapat kamar sempit, sementara majikannya
tinggal di dalam rumah mewah, persis seperti ia tinggal di istananya, sementara
orang-orang kerdil yang telah menjadi rakyatnya tinggal di lorong-lorong gua.
Dan makanan-makanan yang lezat selalu
disajikan untuk majikan, sementara dia hanya boleh makan sisanya. Magnus merasa
terhina. “Manusia tak tahu sopan santun !” geramnya dengan kesal.
Kemudian, Magnus meninggalkan pekerjaannya
di sana, lalu mengabdi pada seorang hakim di kota. Di sini pun, dia tidak merasa
puas. Menurut pendapatnya, hakim ini hanya membela orang kaya dan mengabaikan rakyat
miskin, sementara dia sendiri hidup bermewah-mewahan.
“Aku kecewa dengan manusia. Mereka adalah
makhluk-makhluk yang paling mengerikan,” kata Magnus dalam hati. “Aku akan
kembali ke istanaku di perut bumi. Di sana aku akan menjadi majikan yang baik,
tidak seperti manusia yang serakah ini.”
Akhirnya, Magnus kembali ke wujudnya yang
semula dan kembali ke perut bumi. Namun demikian, dia tidak mau mengundang
rakyatnya untuk tinggal di istananya yang luas dan megah, atau memberi mereka makan
dengan makanan lezat seperti apa yang dimakannya itu.
“Rakyatku tidak bekerja keras sekeras diriku
ketika aku menjadi buruh di gerombolan manusia. Jadi, aku tak perlu
memperlakukan mereka dengan lebih baik dari yang sudah-sudah seperti
sebelumnya.”
Magnus sepertinya tidak menyadari bahwa
pekerjaan akan terasa lebih berat jika kita sendiri yang mengerjakannya,
dibandingkan apabila kita hanya memerintah saja. Sedikit sekali, orang mau
menyadari kesalahannya.
Pelajaran yang bisa kamu petik dari Legenda Si Magnus - Sang Raksasa Penghuni Perut Bumi, yaitu berat sama dipikul ringan sama dijinjing, bersikap ramah, lembut, dan baik hati, menjaga hati nurani dan rasa perikemanusiaan, perlakukan orang dengan adil, layak dan bijaksana, jangan membalaskan penderitaan apa yang kita rasakan kepada orang yang tidak tahu apa-apa dan tidak bersalah.
Semoga kisah dongeng di atas bisa membantu
kamu terkait pelajaran yang bisa kamu petik, dan dapat menambah wawasan
pengetahuan yang memenuhi asupanmu. Jika ada pertanyaan, silahkan ditulis pada
kolom komentar dibawah ini.
Sumber : Buku "Kumpulan Dongeng Anak
Sedunia" karangan MB. Rahimsyah AR.